Pengangguran di Inggris capai level tertinggi dalam empat tahun

1 month ago 14

London (ANTARA) - Pasar tenaga kerja Inggris menunjukkan tanda-tanda pelemahan lebih lanjut pada kuartal kedua 2025, dengan jumlah lowongan kerja dan pekerja bergaji mengalami penurunan. Tingkat pengangguran mencapai 4,7 persen, tertinggi dalam empat tahun terakhir, menurut data resmi pada Selasa (12/8).

Kantor Statistik Nasional (Office for National Statistics/ONS) Inggris melaporkan bahwa jumlah lowongan kerja turun 5,8 persen pada kuartal Mei-Juli 2025 menjadi 718.000, dengan penurunan di 16 dari 18 sektor industri yang dipantau, dengan penurunan 17,6 persen di sektor seni, hiburan dan rekreasi, dari kuartal sebelumnya.

Jumlah pekerja bergaji pada Juni 2025 turun 149.000, atau 0,5 persen, dibandingkan dengan setahun sebelumnya, dan turun 26.000, atau 0,1 persen, dari bulan sebelumnya. Estimasi awal untuk Juli 2025 menempatkan angkanya pada 30,3 juta.

"Pasar tenaga kerja pascapandemi di Inggris sangat bergairah. Namun masa tersebut telah resmi berakhir, pasar tenaga kerja melemah dan semakin melemah, setelah kehilangan 165.000 lapangan kerja bergaji dalam delapan bulan terakhir," kata Hannah Slaughter, ekonom senior di Resolution Foundation.

Para pembeli terlihat di Oxford Street selama penjualan Boxing Day di London, Inggris, pada 26 Desember 2024. (ANTARA/Xinhua/Li Ying)

"Secara keseluruhan, data terbaru ini menunjukkan berlanjutnya pelemahan pasar tenaga kerja," kata Liz McKeown, direktur statistik ekonomi ONS.

Stephen Evans, chief executive Learning and Work Institute, mengatakan hilangnya lapangan kerja terbesar terjadi di sektor retail dan perhotelan.

"Sektor-sektor ini juga memiliki pertumbuhan upah terkuat, jadi kemungkinan besar ekonomi yang lemah, kenaikan upah minimum, dan biaya pemberi kerja yang lebih tinggi berdampak pada lapangan kerja," katanya.

Sejumlah pakar meyakini pertumbuhan upah yang stabil juga berkontribusi pada pengangguran. Survei terpisah menunjukkan bahwa pertumbuhan upah, tidak termasuk bonus, stabil bertahan di angka 5 persen dalam tiga bulan hingga Juni 2025, menggarisbawahi tekanan harga yang terus berlanjut.

Jane Gratton, wakil direktur kebijakan publik di Kamar Dagang Inggris, mengatakan tekanan biaya yang terus-menerus, di samping tarif dan ketidakpastian global lainnya, membatasi penciptaan lapangan kerja, dengan beberapa bisnis menunda melakukan rekrutmen atau melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK).

Foto yang diambil pada 22 Maret 2025 ini menunjukkan papan reklame elektronik Piccadilly Circus selama acara Earth Hour di London, Inggris. (ANTARA/Xinhua/Ray Tang)

Dia mengatakan inflasi juga dapat memengaruhi keputusan tingkat suku bunga Bank of England. "Pertumbuhan upah yang terus berlanjut menciptakan tantangan nyata bagi bisnis dan perekonomian yang lebih luas," ujarnya.

Para ekonom berpendapat tarif Amerika Serikat (AS) menambah tekanan. Matthew Percival, direktur masa depan pekerjaan dan keterampilan di Konfederasi Industri Inggris, mengatakan ketidakpastian global menjadi salah satu alasan yang menjelaskan mengapa perusahaan lebih berhati-hati dalam menciptakan lapangan kerja baru atau mengganti staf.

Profesor David Bailey dari University of Birmingham menyebut tarif AS menambah tekanan pada pengambilan keputusan perusahaan dalam hal rekrutmen.

"Meskipun kesepakatan perdagangan AS-Inggris telah tercapai, tarif untuk produk otomotif masih naik dari 2,5 menjadi 10 persen, yang berdampak pada ekspor dan margin bagi produsen besar seperti Jaguar Land Rover, yang mengumumkan PHK 500 karyawan," ungkapnya.

Sebuah kapal pesiar melintas di bawah Jembatan London saat matahari terbenam di London, Inggris, 2 Agustus 2025. (ANTARA/Xinhua/Wang Muhan)

"Dampak tarif adalah memperlambat pertumbuhan ekonomi di seluruh dunia. Ketidakpastian itu sendiri sudah berdampak," imbuhnya.

David Spencer, profesor di University of Leeds, mengatakan kepada Xinhua bahwa data terbaru berarti ekonomi Inggris menghadapi pertumbuhan yang lamban dan pasar tenaga kerja yang lebih lemah. Dia memperingatkan pajak tenaga kerja yang lebih tinggi, ketidakpastian kebijakan, dan tekanan tarif dapat membatasi pertumbuhan lapangan kerja dan meningkatkan risiko stagnasi ekonomi.

Pewarta: Xinhua
Editor: Ade irma Junida
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |