Jakarta (ANTARA) - Kualitas udara di DKI Jakarta berdasarkan data situs pemantau kualitas udara IQAir pada Sabtu pagi masuk peringkat keenam terburuk di dunia.
Berdasarkan pantauan pada pukul 06.20 WIB, Indeks Kualitas Udara (AQI) di Jakarta berada di angka 153 dengan angka partikel halus (particulate matter/PM) 2.5 atau masuk kategori tidak sehat.
Adapun kota dengan kualitas udara terburuk di dunia adalah Baghdad (Irak) dengan indeks kualitas udara di angka 239. Kemudian di urutan kedua diikuti Kinshasa (Kongo) di angka 177 dan di urutan ketiga ada Dhaka (Bangladesh) di angka 165.
Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta akan meniru kota-kota besar dunia seperti Paris dan Bangkok dalam menangani polusi udara.
"Belajar dari kota lain, Bangkok memiliki 1.000 Stasiun Pemantau Kualitas Udara (SPKU), Paris memiliki 400 SPKU. Jakarta saat ini memiliki 111 SPKU dari sebelumnya hanya 5 unit," kata Kepala DLH DKI Jakarta Asep Kuswanto di Jakarta, Selasa (18/3).
Baca juga: Pengelola kawasan industri garda terdepan pengendalian kualitas udara
Baca juga: 4.000 liter "water mist" disemprotkan untuk tekan polusi udara Jakarta
DLH DKI Jakarta kan menambah jumlahnya agar bisa melakukan intervensi yang lebih cepat dan akurat.
Ia menambahkan, keterbukaan data menjadi langkah penting dalam memperbaiki kualitas udara secara sistematis.
Penyampaian data polusi udara harus lebih terbuka agar intervensi bisa lebih efektif. Dia menilai yang dibutuhkan bukan hanya intervensi sesaat, tetapi langkah-langkah berkelanjutan dan luar biasa dalam menangani pencemaran udara.
DLH DKI Jakarta menargetkan penambahan 1.000 sensor kualitas udara berbiaya rendah (low-cost sensors) agar pemantauan lebih luas dan akurat.
Baca juga: Jakbar kembali tanam ratusan tanaman di Semanan
Pewarta: Redemptus Elyonai Risky Syukur
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.