Anggota DPR tekankan siswa sekolah olahraga juga perlu perhatian

3 hours ago 3

Jakarta (ANTARA) - Anggota Komisi X DPR RI Abdul Fikri Faqih mengatakan para siswa yang menempuh pendidikan di sekolah khusus olahraga (SKO) membutuhkan perhatian serius soal eksistensisnya sebagai atlet dan siswa.

Ia mengatakan dua kepentingan ini kerap berbenturan, sehingga menimbulkan masalah pendidikan bagi para siswanya sendiri. Hal tersebut disampaikannya usai kunjungan kerja spesifik Komisi X ke Solo atau Surakarta, Jawa Tengah.

"Permasalahan utama terletak pada kesinambungan pendidikan atlet dengan jadwal latihan dan pertandingan yang padat. Undang-Undang Keolahragaan Nasional serta Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) perlu menjadi acuan dalam merumuskan kebijakan yang lebih komprehensif. Hal ini penting agar sistem pendidikan tidak berbenturan dengan kebutuhan atlet yang kerap harus mengikuti pemusatan latihan nasional (Pelatnas) dalam waktu lama," kata Fikri dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu.

Terkait hal itu, Fikri mengapresiasi Pemerintah Kota Solo yang telah menunjukkan komitmennya mendukung pendidikan keolahragaan. Salah satu bukti bahwa Kota Solo serius menangani soal ini adalah keberadaan SKO di tingkat SMP.

"Kehadiran sekolah ini menjadi best practice yang patut dicontoh, karena mampu mengintegrasikan pendidikan formal dengan pembinaan prestasi olahraga sejak dini," ujarnya.

Meski demikian, tantangan muncul ketika para siswa SKO harus melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA. Di Solo, memang, sudah tersedia SMA dengan kelas khusus olahraga. Namun, fasilitas tersebut belum sepenuhnya menjawab permasalahan yang ada.

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah pun telah menyiapkan beberapa SMA dengan kelas khusus olahraga. Namun, kebutuhan sinkronisasi sistem masih terasa mendesak.

Kondisi tersebut sering membuat para atlet berisiko tertinggal dalam akademik, bahkan ada yang terpaksa tidak naik kelas karena absen satu semester penuh.

Padahal, mereka sedang menjalankan tugas mulia untuk mengharumkan nama bangsa di kancah olahraga internasional. Situasi ini menimbulkan dilema, sebab hak pendidikan mereka seharusnya tidak boleh terabaikan.

Ke depan pemerintah pusat diharapkan mengambil langkah lebih serius menyelaraskan kurikulum dengan kebutuhan atlet. Model pendidikan keolahragaan seperti yang telah berjalan di Solo dapat dijadikan rujukan nasional.

Dengan sistem yang terintegrasi, para atlet dapat mengembangkan prestasi olahraga tanpa harus kehilangan haknya dalam memperoleh pendidikan yang layak.

Baca juga: Anggota DPR soroti dugaan SPPG fiktif dalam program MBG di Kepri

Baca juga: Komisi II tampung usul Muhammadiyah tentang jalan tengah sistem Pemilu

Baca juga: Komisi VI DPR sebut gangguan BBM di SPBU swasta faktor internal

Pewarta: Fianda Sjofjan Rassat
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |