Jakarta (ANTARA) - Koordinator Advokasi BPJS Watch Timboel Siregar menilai pelatihan kerja yang relevan sangat penting agar angkatan kerja baru dapat terserap oleh industri dan menekan jumlah pengangguran.
“Pemerintah harus bisa merancang sistem pelatihan yang memang berbasis pada industri. Nah, ini kan juga yang nanti bisa menurunkan sumber daya manusia (SDM) kita siap kerja,” kata Timboel saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Selasa.
Adapun sebelumnya, Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Yassierli mengungkapkan bahwa sebanyak 1,01 juta lulusan universitas menganggur pada tahun 2025.
Data ini selaras dengan Badan Pusat Statistik (BPS) yang sebelumnya mencatat bahwa jumlah pengangguran di Indonesia mencapai 7,28 juta orang per Februari 2025, dengan jumlah pengangguran dari lulusan perguruan tinggi saja tercatat tembus hingga 1,01 juta orang.
Baca juga: Ekonom: Konsistensi kebijakan penting dalam penciptaan lapangan kerja
Selain itu, BPS juga mencatat jumlah pengangguran per Februari 2025 menembus angka hingga 7,28 juta orang, naik sekitar 1,11 persen atau sebesar 83,45 ribu orang.
Timboel menilai, faktor pertama dari tren ini adalah bagaimana penyerapan tenaga kerja tidak berbanding lurus dengan realisasi investasi.
“Ini memang karena disebabkan sifat investasi yang masuk itu lebih cenderung ke (industri) padat modal, dibandingkan ke padat karya,” ujar dia.
Selain itu, perkembangan teknologi yang memberikan alternatif pekerjaan yang lebih efisien bagi industri juga menjadi sebuah hal yang perlu disikapi dengan penuh pertimbangan oleh pemerintah.
Baca juga: Menaker potret saat ini satu juta sarjana pengangguran
“Kesiapan SDM menjadi penting, salah satunya untuk lulusan perguruan tinggi. Mereka hanya punya ijazah, tapi belum ada sertifikat (pengalaman/keterampilan kerja). Unsur knowledge memang harus disertai dengan skill,” kata Timboel.
“Untuk itu, intervensi harus dilakukan pemerintah. Pekerjaan yang laik itu dimulai dari SDM. Bagaimana pelatihan-pelatihan harus dikerjasamakan dengan perguruan tinggi, sehingga menghasilkan SDM yang punya pengetahuan dan keterampilan,” ujarnya menambahkan.
Dengan tenaga kerja yang terampil dan mumpuni, lanjut Timboel, diharapkan angka pengangguran bisa menurun, dan SDM Indonesia bisa bersaing dengan tenaga kerja asing.
“Kalau tidak siap kerja, datang investasi asing, yang tidak mampu tenaga kerja kita (adaptasi), ini (dikerjakan) dari luar tenaga kerja asing. Jadi tenaga kerja Indonesia akan tersisih,” ujar dia.
Baca juga: Wamendikti dorong peran aktif kampus kurangi pengangguran di Indonesia
Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Abdul Hakim Muhiddin
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.