Jakarta (ANTARA) - Sebagian pemilir yang telah tiba Jakarta mengaku memilih menggunakan kereta api untuk mudik karena lebih irit dibandingkan dengan transportasi publik lainnya serta tepat waktu dan tidak terkena macet.
Seorang pemilir asal Surabaya (Jawa Timur), Masitoh di Jakarta, Minggu, mengaku, selalu menggunakan transportasi kereta api setiap mudik dan balik ke kampung halamannya karena tiket masih terjangkau meskipun saat momentum Idul Fitri.
"Selain terjangkau, yang terpenting tidak macet," kata Masitoh saat ditemui di Stasiun Gambir.
Menurut dia, transportasi umum lainnya masih tergolong mahal terutama untuk tiket pesawat yang harganya jauh dibandingkan kereta api (KA).
Baca juga: Penumpang Whoosh harus sudah di stasiun 30 menit sebelum keberangkatan
Selain itu, kata dia, untuk bus juga ada kelebihan dan kekurangannya. Apalagi saat musim mudik dan balik Lebaran 2025 jalanan ramai sehingga lebih lama.
"Dari dahulu saya pasti menggunakan kereta, nyaman dan aman. Jadi bisa sambil istirahat," ujarnya.
Hal serupa dikatakan Sarto, warga Ngamuk, Jawa Timur, yang lebih memilih kereta untuk pulang pergi ke kampung halamannya.
Ia menyatakan bahwa tiket masih tergolong murah dan tidak ada kenaikan yang drastis serta masih dalam koridor wajar karena momen Lebaran.
"Naiknya masih wajar, tidak seperti yang lainnya, biasa dua kali lipat," katanya.
Baca juga: Kisah barang hilang di Stasiun Gambir yang kembali ke pemiliknya
Sebelumnya, Manajer Humas PT KAI Daop 1 Jakarta, Ixfan Hendriwintoko mengatakan, jumlah penumpang yang telah datang di Stasiun Gambir selama arus balik Lebaran 2025 mencapai 143 ribu orang dengan puncaknya terjadi pada Jumat (4/4).
"Untuk hari ini ada 16.274 penumpang tiba di Stasiun Gambir," kata Ixfan.
Menurut dia, pada arus balik Lebaran 2025 hingga Minggu (6/4) jumlah penumpang yang telah tiba di Stasiun Gambir mencapai 143 ribu orang.
Diperkirakan hingga akhir masa angkutan Lebaran pada 11 April 2025, total kedatangan penumpang di Stasiun Gambir mencapai 203.768 penumpang
Pewarta: Khaerul Izan
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2025