Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis kesehatan jiwa yang tergabung dalam Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI), dr. Zulvia Oktanida Syarif mengatakan kini semakin banyak remaja yang membutuhkan penanganan kesehatan mental.
Zulvia mengatakan temuan tersebut menunjukkan bahwa tingkat kecemasan, depresi, dan gangguan pengendalian emosi di kalangan usia remaja meningkat.
"Belakangan ini kami melihat semakin banyak remaja yang datang mengakses layanan kesehatan jiwa. Jadi memang banyak kasus-kasus yang sudah datang ke praktek klinis yang mana sekarang ini tingkat kecemasan, depresi, dan disregulasi emosi yang dirasa meningkat," kata Zulvia pada sesi diskusi di Jakarta, Kamis.
Fenomena tersebut, katanya, selaras dengan temuan PDSKJI yang menyebutkan bahwa terjadi penurunan daya kognitif pada individu di usia remaja, tepatnya di rentang usia 13-24 tahun.
"Jadi remaja ini kita teliti fungsi kognitifnya, daya pikirnya, memori, konsentrasi, kemampuan pengambilan keputusan, dan pengendalian impulse, ternyata rendah," ujar dia.
Baca juga: Gibran soroti ledakan SMAN 72, minta masyarakat peka kesehatan mental
Menurutnya, hal tersebut berkaitan dengan masa perkembangan otak remaja. Maka dari itu, agresivitas, perilaku impulsif, dan kesulitan dalam mengendalikan emosi sering terjadi di kalangan remaja, salah satunya ditunjukkan dengan maraknya perilaku perundungan dan gangguan depresi.
"Akhirnya muncul berbagai masalah kesehatan mental seperti kecemasan, depresi, yang akhirnya membuat remaja itu memang saat ini sangat rentan untuk mengalami berbagai isu kesehatan mental," ucap Zulvia.
Zulvia menjelaskan bahwa meski penurunan fungsi kognitif terindikasi berhubungan dengan meningkatnya perilaku impulsif pada remaja, hingga kini belum ada penelitian yang membuktikan hubungan sebab-akibat secara langsung.
Namun, ia menilai kedua hal tersebut memiliki korelasi karena salah satu peran fungsi kognitif adalah mengendalikan perilaku impulsif.
“Sepertinya ada kaitannya (penurunan kognitif dan perilaku impulsif), tetapi kita masih membutuhkan riset lebih lanjut untuk memastikan korelasinya secara langsung,” kata Zulvia.
Baca juga: Beban emosional perempuan dan pentingnya perawatan diri
Baca juga: Pengamat beri saran atasi bullying komprehensif berkelanjutan
Pewarta: Farhan Arda Nugraha
Editor: Indriani
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































