Jakarta (ANTARA) - Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) menyebutkan bahwa seharusnya, daerah-daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) diprioritaskan dalam program makan bergizi gratis, namun ternyata yang didahulukan adalah daerah perkotaan atau daerah yang dinilai siap.
Pemengaruh kesehatan PB IDI Tan Shot Yen mengatakan dalam webinar di Jakarta, Rabu, anak-anak di daerah 3T adalah yang paling membutuhkan program itu, mengingat mereka memiliki status gizi yang rawan. Selain itu, dia menyebutkan bahwa apabila program tersebut salah sasaran, risikonya adalah pengeluaran yang lebih besar.
"Jadi jangan sampai anak-anak yang ke sekolahnya naik ojek, naik mobil, bapaknya masih merokok, rumahnya dua lantai, itu malah yang dapat makanan. Sementara anak-anak di sebelah sana, di Kepulauan Anambas, di Wamena, yang barangkali sekolahnya udah hampir ambruk, itu mereka nggak dapat sampai hari ini," katanya.
Awalnya, kata dia, Pemerintah menyebut bahwa daerah 3T yang akan didahulukan dalam program ini. Akan tetapi, dia melanjutkan, juru bicara komunikasi Presiden mengatakan bahwa program tersebut dimulai dari daerah yang siap, dengan alasan jika dimulai dari daerah 3T, program tidak akan kunjung jalan.
"Jadi merupakan suatu catatan besar juga bagi kita bahwa kita akan meminta janji Pemerintah, siap gak siap, daerah 3T itu yang harus didahulukan," katanya.
Tan mengatakan, dia mendukung makan bergizi gratis selama manfaatnya tepat sasaran.
Terkait hal itu, Ketua Umum PB IDI Adib Khumaidi mengatakan, untuk memastikan program tersebut betul-betul tepat sasaran, pemerintah, terutama pemerintah daerah, dapat menghidupkan kembali garda-garda terdepan, yakni para kader, posyandu, puskesmas pembantu, dan ibu-ibu PKK, dalam evaluasi program MBG.
Sebagai garda terdepan yang berinteraksi langsung dengan publik, katanya, mereka dapat memberikan evaluasi tentang kesehatan masyarakat, sehingga mereka juga perlu dididik untuk melakukan monitoring.
Baca juga: IDI: Libatkan petani dalam suplai pangan MBG guna perluas manfaat
Baca juga: IDI: Perlu perhatikan budaya makan guna pastikan efektivitas MBG
Baca juga: Ahli gizi pertanyakan pemberian susu dalam Makan Bergizi Gratis
Pewarta: Mecca Yumna Ning Prisie
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2025