Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis obstetri dan ginekologi Winda Nizarwan menganjurkan perempuan-perempuan yang sudah menikah atau telah melakukan hubungan seksual pada usia 21 tahun secara berkala menjalani pemeriksaan Pap Smear untuk mendeteksi kemungkinan munculnya tanda-tanda kanker serviks.
Pemeriksaan Pap Smear dilakukan dengan mengambil sampel sel dari leher rahim untuk mengetahui ada tidaknya sel-sel abnormal yang berpotensi berkembang menjadi kanker serviks.
"Untuk yang sudah menikah di usia 21 tahun saja kita sudah lakukan Pap Smear tiap tiga tahun," kata dokter Winda dalam webinar yang diikuti dari Jakarta pada Jumat.
Pemeriksaan Pap Smear perlu dilakukan secara berkala agar kanker serviks bisa dideteksi dan ditangani sejak dini.
Menurut informasi yang disiarkan di laman resmi Kementerian Kesehatan, kanker serviks biasanya baru menunjukkan gejala ketika sudah memasuki stadium lanjut.
Oleh karena itu, penting bagi para perempuan untuk menjalani prosedur pemeriksaan guna mendeteksi kanker serviks sejak dini.
Baca juga: Dokter ungkap kaitan kanker serviks dan menopause
Dokter Winda menyarankan perempuan berusia 30 sampai 65 tahun menjalani pemeriksaan Pap Smear dan pemeriksaan untuk mendeteksi keberadaan human papillomavirus atau HPV, virus yang dapat menyebabkan kanker serviks.
"Jika dua modal ini dilakukan, maka interval pemeriksaan akan lebih panjang lagi, per lima tahun," kata dokter spesialis kandungan dari Rumah Sakit Permata Depok itu.
Perempuan berusia 65 tahun ke atas serta perempuan yang memasuki masa perimenopause maupun menopause juga dianjurkan menjalani pemeriksaan Pap Smear dan menjalani pengulangan pemeriksaan dua hingga tiga tahun setelahnya.
"Jika pemeriksaan hasilnya tidak ditemukan keganasan, bisa tidak lanjut Pap Smear berikutnya, kecuali masih aktif dalam hubungan seksual, berganti pasangan, maka sebaiknya tetap lakukan Pap Smear rutin," kata dokter Winda.
Baca juga: Pemerintah perluas cakupan imunisasi HPV untuk cegah kanker serviks
Perempuan yang hendak menjalani pemeriksaan Pap Smear diminta tidak melakukan hubungan seksual selama tiga hari sebelum pemeriksaan guna mencegah kemungkinan terjadi luka atau benturan di mulut rahim saat berhubungan seksual yang bisa mempengaruhi hasil pemeriksaan.
Selain itu, perempuan yang hendak menjalani pemeriksaan Pap Smear disarankan tidak menggunakan cairan antiseptik untuk membersihkan vagina.
Dokter Winda menganjurkan perempuan yang sedang mengonsumsi obat kemoterapi memberitahukan terapi pengobatan yang sedang mereka jalani kepada tenaga medis kalau hendak menjalani pemeriksaan Pap Smear.
"Sebaiknya disampaikan jika memang sedang dalam pengobatan," katanya.
Menurut Kementerian Kesehatan, kanker serviks merupakan penyakit kanker keempat terbanyak di kalangan perempuan di seluruh dunia.
Kanker serviks utamanya disebabkan oleh infeksi virus HPV.
Namun, ada faktor-faktor risiko yang membuat perempuan rentan terkena kanker serviks seperti punya riwayat kanker serviks dalam keluarga, punya riwayat penyakit menular seksual, sistem kekebalan tubuh lemah, dan kebiasaan merokok.
Pola makan tidak sehat, obesitas, mulai melakukan hubungan seksual pada usia sangat muda, terlalu sering hamil, serta hamil dan melahirkan pada usia sangat muda juga membuat perempuan lebih rentan terserang kanker serviks.
Baca juga: Puskesmas tawarkan pemeriksaan kanker serviks praktis lewat Amathea
Baca juga: Kemenkes pastikan vaksin HPV gratis bagi anak aman dan berkualitas
Pewarta: Sinta Ambarwati
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2025