OJK: Sektor jasa keuangan terjaga di tengah tingginya dinamika ekonomi

8 hours ago 4

Jakarta (ANTARA) - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melalui hasil Rapat Dewan Komisioner pada April 2025 menilai bahwa stabilitas sektor jasa keuangan tetap terjaga di tengah-tengah tingginya dinamika perekonomian dan volatilitas pasar keuangan global.

“Saat ini, sektor jasa keuangan nasional dinilai tetap resilient dengan permodalan yang solid dan mampu menyerap potensi peningkatan risiko ke depan,” kata Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Komisioner Bulanan (RKDB) April 2025 di Jakarta, Jumat.

Seiring ketidakpastian yang meningkat akibat tarif dagang Amerika Serikat (AS) dan indikator ekonomi global yang cenderung bergerak melemah, Mahendra menyampaikan bahwa OJK terus memonitor dinamika global dan domestik serta melakukan stress test untuk melihat dampaknya terhadap sektor jasa keuangan.

OJK juga meminta lembaga jasa keuangan (LJK) secara proaktif melakukan asesmen atas perkembangan terkini dan melakukan asesmen lanjutan atas dampak kebijakan penerapan tarif yang dapat mempengaruhi kinerja debitur, khususnya yang memiliki eksposur langsung pada sektor terdampak.

Dengan begitu, LJK mampu mengambil langkah antisipatif dalam memitigasi peningkatan risiko, termasuk membentuk pencadangan yang memadai.

Mahendra menjelaskan, perkembangan pada April 2025 didominasi oleh meningkatnya ketidakpastian kebijakan perdagangan global dengan rencana pengenaan tarif impor resiprokal oleh AS yang mendorong kenaikan tajam volatilitas di pasar keuangan global.

Meskipun Presiden AS Donald Trump mengumumkan penundaan pemberlakuan tarif selama 90 hari, tensi perdagangan antara AS dan Tiongkok tetap tereskalasi.

Tingginya ketidakpastian akibat dinamika perdagangan global telah mendorong lembaga internasional seperti IMF, Bank Dunia, dan WTO merevisi turun proyeksi pertumbuhan ekonomi dan perdagangan global.

IMF menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2025 menjadi 2,8 persen, jauh lebih rendah dibandingkan historis tahun 2000-2019 sebelum COVID-19 di level 3,7 persen. Sementara WTO merevisi proyeksi volume perdagangan barang global menjadi terkontraksi 0,2 persen dari prakiraan sebelumnya tumbuh 2,7 persen.

Di AS, meskipun data ketenagakerjaan relatif solid, sejumlah indikator aktivitas ekonomi terbaru mengindikasikan perlambatan seperti inflasi, tingkat kepercayaan konsumen, dan pertumbuhan ekonomi triwulan I 2025.

Sejalan dengan itu, pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat pada 2025 diproyeksikan menjadi 1,4 persen dari sebelumnya prakiraan 2 persen. Pasar mulai memperkirakan penurunan suku bunga acuan atau Fed Funds Rate (FFR) secara lebih agresif dengan pemangkasan pertama diperkirakan pada bulan Juni tahun ini.

Di Tiongkok, pertumbuhan ekonomi pada triwulan I tercatat solid, ditopang oleh kinerja sektor manufaktur. Pertumbuhan ini sebagian besar didorong oleh strategi front loading ekspor guna mengantisipasi pemberlakuan tarif tambahan dari AS. Dari sisi permintaan, meskipun lebih lemah, terdapat indikasi perbaikan seiring dengan peningkatan inflasi inti dan penjualan retail di Tiongkok.

Sementara itu di dalam negeri, perekonomian Indonesia mencatat pertumbuhan sebesar 4,87 persen pada triwulan I 2025 yang didukung oleh konsumsi rumah tangga yang tetap terjaga.

Inflasi headline pada April tetap terkendali di level 1,95 persen year on year (yoy). Inflasi inti juga menunjukkan stabilitas di level 2,5 persen yang mencerminkan permintaan domestik terjaga.

Beberapa indikator permintaan domestik lainnya seperti penjualan retail, semen, kendaraan bermotor mengindikasikan pemulihan yang masih berlangsung sekalipun dengan laju yang moderat.

Dari sisi produksi, kinerja masih cukup baik, terlihat dari berlanjutnya surplus neraca perdagangan dan kinerja emiten di mana rilis kinerja 2024 secara umum lebih baik dari tahun 2023.

Dalam rangka mendorong pertubuhan ekonomi nasional, OJK mendukung upaya pengembangan ekonomi daerah melalui pengembangan sektor agrikultur, pariwisata, dan ekonomi kreatif dengan mengarahkan pembiayaan atau penyaluran kredit serta melibatkan asuransi untuk memitigasi risiko yang muncul dan membentuk ekosistem yang memadai.

“OJK juga mendorong penguatan peran sektor jasa keuangan terhadap pertubuhan ekonomi daerah melalui program pengembangan ekonomi daerah (PED) yang dilaksanakan dalam wadah Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD) bersama para pemangku kepentingan,” tutup Mahendra.

Baca juga: OJK tetap proyeksikan kredit perbankan tumbuh 9-11 persen tahun ini

Baca juga: OJK: Perbankan nasional punya bantalan memadai menghadapi 2025

Baca juga: Ketua OJK: Motor pertumbuhan harus makin terdiversifikasi

Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |