Wamentan mengungkap potensi B100 usai uji coba di Sukabumi

7 hours ago 5
B100 tadi sudah kita coba, hasil dari minyak sawit kita convert menjadi biodiesel 100 persen. Kemudian dimasukkan ke dalam mobil, ternyata hasilnya mobilnya jalan dan baik.

Jakarta (ANTARA) - Waki Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono mengungkapkan potensi penggunaan biodiesel (B100) sebagai energi terbarukan, usai melakukan uji coba inovasi tersebut, di Balai Perakitan dan Pengujian Tanaman Industri dan Penyegar, Sukabumi, Jawa Barat.

"B100 tadi sudah kita coba, hasil dari minyak sawit kita convert menjadi biodiesel 100 persen. Kemudian dimasukkan ke dalam mobil, ternyata hasilnya mobilnya jalan dan baik," kata Wamentan ditemui di sela kunjungan kerja di Balai Perakitan dan Pengujian Tanaman Industri dan Penyegar, Sukabumi, Jumat.

Menurutnya, hasil uji coba B100 sangat positif, dengan minyak sawit yang dikonversi menjadi biodiesel berhasil menggerakkan kendaraan secara optimal tanpa kendala teknis berarti.

Konversi biodiesel dari mulai dari B35 hingga B100 melibatkan peningkatan proporsi biodiesel dalam campuran bahan bakar. B35 adalah campuran 35 persen biodiesel dengan 65 persen solar, sementara B100 adalah 100 persen biodiesel.

"Di sini dilakukan uji B dari B35, B itu biodiesel, kita sudah ada uji coba untuk B40, B50 sampai dengan B100," ujar Wamentan.

Sudaryono menilai hasil tersebut menunjukkan keberhasilan riset Kementerian Pertanian dalam mengembangkan biodiesel, sekaligus membuktikan bahwa aplikasi energi terbarukan dari pertanian bisa dilakukan.

"Dari sisi riset dan aplikasi terhadap riset untuk diuji coba ke dalam mobil ternyata hasilnya baik. Artinya adalah ini satu hal yang menjanjikan bahwa di masa depan comparative advantage dari negara kita, yaitu agriculture ini ternyata tidak hanya pangan tapi juga bisa memenuhi kebutuhan energi kita," ujarnya lagi.

Menurutnya, Indonesia memiliki keunggulan komparatif di sektor pertanian, bukan hanya sebagai penghasil pangan, tetapi juga sebagai penyedia sumber energi alternatif berkelanjutan.

Ia menjelaskan, sawit dan tebu yang ditanam secara luas di Indonesia berpotensi besar dikonversi menjadi biodiesel dan bioetanol, memperkuat kemandirian energi nasional di masa mendatang.

Namun, tanaman pangan, menurutnya lagi, dapat dimanfaatkan untuk energi setelah kebutuhan pangan dalam negeri tercukupi, menjadikan sektor pertanian sebagai tumpuan penting untuk ketahanan energi.

Lebih lanjut, Sudaryono menyebutkan saat ini terdapat 64 balai penelitian unggulan di bawah naungan Kementerian Pertanian.

Balai tersebut mencakup bidang pembibitan, benih, pengolahan pascapanen, hingga inseminasi, yang semuanya mendukung penguatan sistem pertanian berbasis teknologi dan inovasi.

Sudaryono juga mengakui tantangan utama B100 adalah memastikan konversi sawit ke energi tidak mengganggu pasokan kebutuhan pangan dalam negeri yang juga sangat bergantung pada komoditas ini.

Untuk itu, peningkatan produktivitas sawit per hektare menjadi kunci, melalui penggunaan bibit unggul yang diuji secara genetik di balai-balai uji milik Kementerian Pertanian.

"Singkatnya kayak balai uji DNA, yang memastikan bahwa bibit, biji yang jatuh yang mau kita bikin kecambah itu nanti akan jadi sawit yang benar. Nah itu kita cek DNA-nya, kayak semacam rapid test gitu, begitu benar maka ini yang kita kecambahkan, ini yang kita bagi ke masyarakat, bibit yang benar," beber Wamentan.

Ia juga menegaskan pentingnya program peremajaan tanaman seperti sawit, termasuk kelapa, kopi, dan kakao yang saat ini terus digenjot, karena semuanya membutuhkan kebijakan tepat, dukungan politik, dan anggaran memadai.

Baca juga: ESDM: Implementasi biodiesel 50 perlu tambahan lahan sawit 2,3 juta ha

Baca juga: Kementerian ESDM sebut implementasi B50 dalam uji teknis

Pewarta: Muhammad Harianto
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |