OCHA sebut puluhan orang tewas saat mencari makanan di Gaza

5 hours ago 3

PBB (ANTARA) - Di tengah berlanjutnya konflik di Gaza, warga Palestina masih saja menjadi korban tewas atau terluka saat mereka mencari makanan di pusat-pusat bantuan yang dimiliterisasi, demikian disampaikan badan kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Rabu (16/7).

Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) mengatakan terdapat laporan yang menyebutkan bahwa puluhan orang tewas atau terluka pada Rabu di salah satu pusat bantuan tersebut.

"Pada pekan lalu, dilaporkan bahwa orang-orang yang mencari bantuan masih terus mengalami luka-luka parah. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan satu kejadian di mana seorang pria berusia 21 tahun lumpuh seumur hidup setelah ditembak ketika berusaha mengambil sekantong tepung dari salah satu pusat bantuan yang dimiliterisasi," OCHA mengungkap salah satu fakta.

WHO merujuk pada Gaza Humanitarian Foundation (GHF), yang didirikan oleh sebuah kelompok swasta asal Amerika Serikat (AS) dan saat ini didanai oleh pemerintah AS.

Bertentangan dengan norma-norma kemanusiaan internasional yang telah ditetapkan untuk mendistribusikan bantuan kepada masyarakat setempat, GHF mendirikan empat lokasi di seluruh Gaza di zona militer Israel yang terlarang, di mana warga sipil yang kelaparan masuk melalui jalur berpagar di bawah pengawasan kontraktor keamanan bersenjata. Kekacauan berujung pada penembakan.

OCHA mengatakan bahwa konflik yang memanas selama berbulan-bulan di Gaza telah meningkatkan risiko bagi mereka yang paling rentan, termasuk para penyandang disabilitas dan warga lanjut usia (lansia), yang kesulitan mendapatkan kebutuhan untuk bertahan hidup.

Badan kemanusiaan tersebut mengatakan salah satu mitra mereka menemukan dalam sebuah survei bahwa lebih dari 80 persen penyandang disabilitas di Gaza telah kehilangan kursi roda, alat bantu dengar, alat bantu jalan, dan alat bantu lainnya, dan harus menghadapi banyak tantangan, termasuk penolakan akses terhadap bantuan kemanusiaan, diskriminasi, stigmatisasi, dan terpapar bahan peledak.

Dana Kependudukan PBB (UNFPA) melaporkan bahwa kekerasan dalam rumah tangga serta eksploitasi dan pelecehan seksual terus meningkat di Jalur Gaza. Beberapa ruang aman yang menyediakan tempat berlindung, dukungan psikologis, dan mekanisme penanganan bagi perempuan dan anak perempuan telah ditutup atau hanya beroperasi secara terbatas.

UNFPA melaporkan bahwa situasi di Gaza sangat mengerikan bagi wanita dan anak perempuan. Wanita hamil melahirkan dalam kegelapan, tanpa listrik dan tanpa perawatan medis profesional untuk menangani kemungkinan komplikasi. Ribuan ibu mengalami kelaparan.

OCHA mengatakan bahwa di Al Mawasi dan Kota Gaza, lembaga swadaya masyarakat (LSM) Doctors Without Borders melaporkan telah merawat lebih dari 1.200 ibu hamil, ibu menyusui, serta anak-anak yang mengalami malanutrisi parah di klinik mereka. Antara Mei dan Juli, jumlah pasien yang mendaftar untuk mendapatkan perawatan di kliniknya di Kota Gaza meningkat empat kali lipat, termasuk ratusan anak di bawah usia dua tahun, kata organisasi tersebut.

OCHA mengatakan bahwa meski sejumlah kecil bahan bakar kembali memasuki Gaza pada Selasa (15/7) melalui perlintasan perbatasan Kerem Shalom/Karem Abu Salem, kelangkaan pasokan yang parah terus mengancam operasi penyelamatan nyawa di rumah sakit, layanan dan peralatan medis, serta fasilitas telekomunikasi, air, sanitasi, dan kebersihan.

"Di Gaza utara, para mitra memperbaiki sebuah sumur untuk mengatasi kelangkaan air yang kritis. Meski hal ini diharapkan dapat membantu pasien dan tenaga medis dengan ratusan meter kubik air setiap harinya, namun, (jumlah tersebut) masih jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat," kata OCHA menjelaskan.

Badan-badan PBB dan mitra-mitranya menegaskan bahwa ratusan ribu liter bahan bakar sangat dibutuhkan setiap hari untuk meringankan krisis dan mengatasi situasi yang mengerikan.

Dikatakan OCHA, setelah empat bulan pembatasan ketat oleh Israel terhadap masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza, hampir semua tempat pengungsian melaporkan bahwa orang-orang tidur di tempat terbuka, tanpa perlindungan apa pun. Tidak ada pasokan untuk tempat penampungan yang masuk selama kurun waktu tersebut.

"Situasi bencana ini harus segera diakhiri. Gencatan senjata sudah lama dinantikan," kata kantor kemanusiaan tersebut.

Pewarta: Xinhua
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |