Jakarta (ANTARA) - Sutradara Nia Dinata mengungkapkan alasan di balik pembuatan film dokumenter terbarunya berjudul "Raminten Universe: Life is a Cabaret".
Saat pemutaran film di Jakarta, Selasa, Nia Dinata bercerita ide tersebut berawal pada 2017 ketika sebuah majalah mode dan gaya hidup asal Amerika Serikat menampilkan foto-foto busana Raminten Cabaret yang diambil di belakang panggung. Tapi, majalah itu tidak menyebutkan nama Hamzah sebagai pendirinya.
“Waktu itu saya berpikir, apakah ini apropriasi? Mereka jauh-jauh ke Yogyakarta, memotret para ratu kabaret dengan indah, tapi, tidak menuliskan siapa pendirinya. Sebagai orang Indonesia, saya merasa terganggu. Itu tanah saya, Jawa,” ujar Nia Dinata.
Baca juga: Nia Dinata melihat aspek geopolitik dalam menilai film di TIFF 2024
Perasaan itulah yang kemudian mendorong dia untuk mendokumentasikan kisah Hamzah melalui film. Dulu, dia belum mengenal Hamzah secara langsung dan hanya sebatas penonton yang menikmati sajian kabaret Raminten.
Namun, rasa “marah” karena ketidakadilan pengakuan karya mendorongnya masuk ke dunia tersebut.
“Sekali lagi, saya ingin kisah Raminten menjadi cermin bahwa di negeri dengan keberagaman seluas ini, inklusivitas bukan hanya wacana, tapi, bisa diwujudkan melalui tindakan sederhana setiap hari,” tambahnya.
Film "Raminten Universe: Life is a Cabaret" mengangkat sosok Kanjeng Hamzah Sulaiman, pendiri Raminten Cabaret, yang dikenal melalui karyanya dalam seni pertunjukan di Yogyakarta. Film itu tidak hanya menampilkan perjalanan seni Hamzah, tapi, juga pesan universal tentang penerimaan tanpa syarat.
Dokumenter ini menyoroti bagaimana seni dapat menghapus stigma, memberdayakan komunitas terpinggirkan, dan menciptakan ruang aman bagi siapa saja untuk berekspresi.
Film tersebut juga diharapkan bisa menjadi inspirasi sekaligus refleksi tentang pentingnya merawat keberagaman dan inklusivitas di Indonesia.
Baca juga: Menbud tetapkan 27 September jadi Hari Komedi Nasional
Baca juga: Yovie Widianto harap budaya Jakarta terus lahirkan seniman
Baca juga: Seniman Indonesia pamerkan karya patung dari jamur di Shanghai
Pewarta: Adimas Raditya Fahky P
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.