Jakarta (ANTARA) - Muhammadiyah dan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bekerja sama membangun fasilitas rumah garam bagi nelayan Sambas sehingga kelompok itu bisa memproduksi garam di tengah rencana larangan impor garam.
"Rumah Garam itu telah diserahkan kepada kelompok nelayan Kampak Indah dilaksanakan pada 5 Desember 2024," kata Ketua Pusat Studi Perbatasan dan Pesisir (PSPP) Universitas Muhammadiyah Jakarta Dr Endang Rudiatin di Jakarta, Sabtu.
Ia menjelaskan, Munandar, Ketua Tim Teknis dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Kelautan dan Ruang Laut yang mewakili KKP menyerahkan fasilitas itu kepada Nedi Jaini Ketua Kelompok Nelayan Kampak Indah.
Menurut Endang, Konsorsium Studi Pesisir, Kelautan dan Perbatasan Indonesia (KP2I) akan mendampingi para nelayan tersebut dalam pengelolaan Rumah Garam agar dapat memproduksi garam secara berkelanjutan.
Pendampingan nelayan itu pada mulanya dilakukan oleh Pusat Studi Perbatasan dan Pesisir (PSPP) Universitas Muhammadiyah Jakarta, sejak 2020 hingga 2024.
Selanjutnya pendampingan akan dilakukan KP2 yang merupakan lembaga yang terdiri dari empat Perguruan Tinggi Muhammadiyah Aisyiyah (PTMA), UM Jakarta, UM Pontianak, Instekmu Tarakan dan UM Kupang.
Ia menjelaskan, tidak menutup kemungkinan perguruan tinggi lain akan bergabung dalam KP21 yang diresmikan pada 7 September 2023 oleh Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Prof. Abdul Mu'ti.
Lebih jauh Endang mengatakan bahwa pendampingan nelayan selanjutnya akan diestafetkan kepada KP2I untuk memperluas jaringan perguruan tinggi dalam keikutsertaan membantu peningkatan kesejahteraan masyarakat sebagai bagian dari kewajiban Catur Dharma PTMA.
Endang berharap kehadiran Rumah Garam di Kampak Indah dapat membantu kebutuhan garam bagi 26 kilang ubur-ubur dan berharap, rumah garam juga dapat dibangun di Desa Temajuk, yang memiliki 20 kilang ubur-ubur. Kilang-kilang tersebut berada di sepanjang pesisir Paloh.
"Garam itu juga dibutuhkan untuk pengelolaan produk kelautan lainnya," ujar Endang.
Kerja rumah garam ini adalah air laut yang telah diendapkan semalaman dituangkan ke dalam meja penampungan di dalam rumah garam yang beratap plastik bening.
Rumah garam akan menjebak panas dan menguapkan air laut. Uap air hasil penguapan akan dialirkan ke penampungan merupakan air murni bebas mineral. Sementara garam yang tertinggal di meja penguapan, dapat langsung dipanen.
Setiap tahun nelayan Sambas khususnya di pantai Kampak Indah mengalami musim ubur-ubur dari Maret hingga Mei.
Pewarta: Budhi Santoso
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2024