Jakarta (ANTARA) - Wakil Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Habib Nabiel Almusawa menyerukan masyarakat saling menjaga toleransi dan menghargai pendapat orang lain untuk mengembalikan nilai moral dan akhlak ahlussunnah wal jamaah (aswaja).
"Toleransi ini merupakan bagian dari ajaran aswaja yang harus kita tegakkan di tengah masyarakat yang semakin plural ini," kata Nabiel dalam keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Jumat.
Dia menjelaskan bahwa ahlussunnah wal jamaah atau ajaran yang berpedoman pada sunah Nabi Muhammad SAW merupakan ajaran yang lembut, tidak mudah untuk mengkafirkan seseorang atau memecah belah bangsa.
"Mengklaim paling soleh, paling sunah merupakan bentuk keangkuhan yang bisa merusak nilai-nilai keislaman," katanya.
Baca juga: Imam Besar Masjid Nabawi akan promosikan Islam toleran dan moderat
Menurut dia, empat mazhab yang dikenal di Indonesia, yakni Mazhab Hambali, Mazhab Maliki, Mazhab Hanafi, dan Mazhab Syafi'i, juga menganut Aswaja.
Di Indonesia, aswaja memiliki ciri khas khusus, lebih spesifik karena mengalami adaptasi dan akulturasi dengan budaya lokal, seperti strategi Wali Songo dalam menyebarkan Islam di Indonesia.
Karakter yang melekat dengan Indonesia tersebut, menurut dia, adalah karakter yang moderat dan cenderung bisa menyesuaikan diri beradaptasi bisa lebih toleran.
Sebaliknya, sikap mudah menghakimi orang lain, ekstremisme dan intoleran kurang pas dengan karakter budaya Indonesia karena bisa menyebabkan konflik.
Maka jika terdapat perbedaan masalah fikih, menurut dia, seseorang tidak bisa langsung dituding sesat. Jangan sampai perbedaan menjadi perpecahan dan berujung pada konflik berkepanjangan.
"Punya dalil nggak apa-apa, tetapi saling menghormati, nggak boleh mau vonis itu kafir itu syirik. Hendaknya mereka juga menghormati yang seperti itu," katanya.
Baca juga: Ketua MPR sebut kehadiran Paus Fransiskus tunjukkan RI toleran
Pewarta: Bagus Ahmad Rizaldi
Editor: Didik Kusbiantoro
Copyright © ANTARA 2025