Menteri LH ingatkan krisis ekologi Mahakam, penurunan populasi pesut

2 months ago 6

Jakarta (ANTARA) - Menteri Lingkungan Hidup (LH) Hanif Faisol Nurofiq menyampaikan peringatan terkait krisis ekologi yang tengah dihadapi Sungai Mahakam, ditandai dengan penurunan populasi pesut Mahakam (Orcaella brevirostris).

Dalam pernyataan yang dikonfirmasi di Jakarta, Jumat, Menteri LH/Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLH) Hanif Faisol Nurofiq mengingatkan bahwa populasi Pesut Mahakam, mamalia air tawar endemik Indonesia yang masuk dalam satwa terancam punah, kini tinggal sekitar 62 ekor saja.

"Angka ini bukan sekadar data statistik. Ini merupakan indikator kuat degradasi ekosistem yang memerlukan perhatian dan tindakan segera," kata Menteri Hanif.

Dia mengingatkan bahwa ancaman terhadap pesut Mahakam adalah cerminan dari tekanan sistemik terhadap ekosistem sungai. Penurunan populasi pesut menunjukkan bahwa keberlanjutan Sungai Mahakam sebagai sumber kehidupan bagi ribuan spesies dan masyarakat lokal kini berada dalam titik genting.

Hal itu disampaikannya setelah melakukan peninjauan langsung ke kawasan Danau Mahakam, habitat utama pesut yang kian terfragmentasi, di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur pada Kamis (3/7).

"Pelestarian Pesut Mahakam melampaui kepentingan satu spesies; ini adalah upaya vital untuk menjaga keseimbangan ekologis Sungai Mahakam yang menopang kehidupan ribuan spesies dan masyarakat lokal," ujarnya.

Konservasi Pesut Mahakam menjadi bagian dari agenda prioritas nasional KLH/BPLH dalam menjaga keanekaragaman hayati Indonesia. Untuk itu penting melakukan pendekatan kolaboratif dan lintas sektor yang menyatukan kementerian/lembaga, pemerintah daerah, akademisi, masyarakat adat, dan LSM dalam kerangka kerja yang sinergis dan berbasis aksi nyata.

Pesut Mahakam sendiri merupakan sub-populasi langka dari lumba-lumba Irrawaddy yang hanya hidup di Sungai Mahakam. Dengan tubuh abu-abu tanpa moncong dan perilaku sosial kompleks, spesies ini menjadi simbol kekayaan hayati dan identitas budaya masyarakat lokal Kalimantan Timur.

Namun, pesut kini berada di ambang kepunahan akibat kombinasi pencemaran limbah tambang dan domestik, tabrakan kapal tongkang, serta praktik perikanan ilegal seperti penggunaan setrum dan bom ikan.

"Konservasi tidak dapat dilakukan secara parsial. Diperlukan sinergi dari hulu ke hilir, dari perumusan kebijakan hingga aksi nyata di lapangan. Partisipasi aktif masyarakat, khususnya generasi muda, sangat krusial dalam menemukan solusi yang berkelanjutan," demikian Hanif Faisol Nurofiq.

Baca juga: Bangkai ikan pesut mahakam ditemukan di Samarinda masih proses autopsi

Baca juga: Pemkab Kutai Kartanegara komitmen lestarikan habitat Pesut Mahakam

Baca juga: KLH menang gugatan Rp721 miliar, perusahaan wajib pulihkan lingkungan

Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |