Jakarta (ANTARA) - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, untuk memastikan pasien mematuhi regimen pengobatan tuberkulosis, maka berbagai cara yang kreatif perlu digunakan dan dibagikan agar semakin banyak yang mencontoh, supaya penanganan dan eliminasi TB lebih baik lagi.
Ketika ditemui di Jakarta, Jumat, Budi mencontohkan, salah satu caranya seperti yang dilakukan kader di Kelurahan Jelambar Baru, yang memanggil Satpol PP untuk memastikan orang mau skrining TB, serta agar pasien TB mengonsumsi obat-obatannya secara rutin.
"Nah kadang-kadang kan enggak semua orang teredukasi dengan baik. Ada yang diedukasi dengan wartawan nurut. Ada yang diedukasi dengan pemerintahan nurut. Ada yang mesti jalan-jalan dengan Satpol PP, begitu dia lihat, jadi nurut," katanya.
Menurutnya, segala cara akan dilakukan untuk mencapai tujuan yang baik, seperti agar orang mau skrining tuberkulosis, sehingga selamat dan bisa hidup sehat. Terlebih, katanya, Indonesia adalah negara dengan kasus TB terbanyak kedua secara global, setelah India.
Baca juga: Kemenkes targetkan vaksin tuberkulosis sudah ada tahun 2028
Pada acara Peluncuran Nasional Gerakan Bersama Penguatan Desa dan Kelurahan Siaga Tuberkulosis, Budi bersama Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO) Hasan Nasbi, Wakil Menteri Dalam Negeri Ribka Haluk, Wakil Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal (Wamendes PDT) Ahmad Riza Patria, dan Wali Kota Jakarta Timur Munjirin mendengarkan cerita-cerita tentang upaya pengentasan TB dari para kader dan lurah.
Kader Kelurahan Rambutan Indri Purwandari menyebutkan, selain memastikan kepatuhan pengobatan dengan menggandeng Satpol PP, pihaknya juga mewajibkan pasien TB resisten obat (TBRO) di puskesmas kecamatan untuk mengirim video diri meminum obat, yang disertai tanda waktu (timestamp).
"Itu idenya bagus tuh. Video minum obat dengan timestamp," kata Budi.
Kemudian, Ketua Kampung Siaga TB sekaligus Ketua RW03 Kelurahan Tugu Selatan Sutarto menyebutkan, pihaknya membuat website untuk memantau jumlah warga yang sudah skrining TB. Selain itu, pihaknya juga melibatkan warga yang terindikasi serta keluarganya untuk berkegiatan bersama agar tidak merasa sendirian.
"Di RW kami, RW 3 itu ada namanya Saung Asri. Saung Asri itu pekarangan yang tidak dipakai. Itu kita gunakan untuk tanaman penghijauan. Di samping itu juga untuk pemberdayaan di wilayah. Misalkan budidaya lele, budidaya nila. Mereka keluarga tadi yang terindikasi TB, selain berobat di pustu, mendapatkan pantauan dari tim dokter," kata Sutarto.
Harapannya, dengan para pasien melihat tanaman yang hijau dan menghirup udara menyegarkan, para pasien merasa termotivasi dan lebih cepat sembuh.
Budi menilai, cara-cara kreatif seperti ini bisa dibagikan saat ada pertemuan daring bersama kepala dinas kesehatan, agar bisa dicontoh oleh yang lainnya.
Baca juga: Kebutuhan anggaran penanggulangan TB tahun 2025 sebesar Rp2,4 triliun
Baca juga: Sudin Kesehatan catat kasus TBC di Jaktim capai 2.645 kasus
Baca juga: Bill Gates: Indonesia pegang peran strategis basmi TBC global
Pewarta: Mecca Yumna Ning Prisie
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2025