Mataram (ANTARA) - Musim dingin yang menjadikan suhu udara berada di bawah titik beku membuat sebagian besar hewan harus hibernasi untuk bertahan hidup dari lingkungan ekstrem.
Ketika musim dingin menyelimuti belahan bumi utara, makhluk hidup enggan beraktivitas seperti biasa. Insekta dan makhluk sejenis yang sehari-hari menjadi mangsa bagi kawanan hewan ovipar (berkembang biak dengan bertelur) tak sudi menampakkan diri akibat lingkungan membeku.
Keterbatasan persediaan pakan akibat insekta yang tak mau nongol itu, mendorong migrasi burung. Demi mencegah kelaparan dan mati dalam sunyi, jutaan burung terbang ke wilayah bersuhu hangat untuk mencari pakan dan berkembangbiak. Belahan bumi selatan adalah tujuan utama mereka melakukan migrasi pada setiap penghujung tahun.
Jalur migrasi burung dari utara ke selatan berada dalam koridor tetap. Tempat istirahat atau rest area untuk melepas lelah dari perjalanan panjang yang menghabiskan waktu berminggu-minggu, salah satunya ada di Nusa Tenggara Barat (NTB).
Daerah tropis yang berada dekat khatulistiwa dan dilintasi garis Wallace membuat NTB punya lingkungan yang ideal bagi burung migran karena memiliki kawasan hutan basah, padang savana, mangrove, maupun rawa.
Sejumlah pengamat burung migran beristirahat pada sebuah saung di Bukit Nipah, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, Sabtu (18/10/2025). ANTARA/Sugiharto PurnamaMomentum kedatangan burung migran dari belahan bumi utara dapat dimanfaatkan untuk aktivitas pengamatan burung dalam rangka memperkaya pengetahuan dan keilmuan bidang ekologi.
Nusa Tenggara Barat merupakan salah satu rute yang selalu dilewati burung migran dari belahan bumi utara menuju selatan maupun dari bumi selatan menuju utara.
Burung-burung dari Asia Timur umumnya melalui Tiongkok, Taiwan, Filipina, Kalimantan, Sulawesi, Sumbawa, dan Nusa Tenggara, kemudian melaju ke Australia. Adapula spesies burung lain yang melalui jalur barat, yakni Sumatera, Jawa, dan Bali atau melalui jalur tengah, yaitu Sulawesi dan Nusa Tenggara Timur.
Nusa Tenggara Barat berada di jalur East Asian - Australasian Flyway (EAAF) yang membentang dari Rusia Timur dan Alaska menuju selatan hingga Australia dan Selandia Baru. Jalur terbang Asia Timur - Australia tersebut merupakan salah satu jalur migrasi burung terpadat di dunia karena dilewati hingga 50 juta ekor burung migran setiap tahun.
Posisi Nusa Tenggara Barat yang masuk dalam jalur migrasi terpadat menjadikan aktivitas pengamatan burung migran sebagai sebuah potensi baru bagi pengembangan ekowisata daerah.
Beberapa daerah di Nusa Tenggara Barat yang sering dikunjungi burung migran adalah ekowisata mangrove Bagek Kembar di Lombok Barat, areal perbukitan di pesisir Lombok Utara, dan Taman Nasional Moyo Satonda di Pulau Sumbawa.
Baca juga: Menyambut penerbang dari bumi utara
Editor: Dadan Ramdani
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































