Jakarta (ANTARA) - Hari ini tepat 40 tahun yang lalu, Bernard Hinault mengunci gelar juara Tour de France 1985. Setidaknya hingga 2025, Hinault tercatat sebagai pembalap lokal Prancis terakhir yang bisa menjuarai tur balap sepeda bergengsi itu.
Itu menjadi gelar Tour de France kelima Hinault setelah 1978, 1979, 1981, dan 1982. Ia orang ketiga yang mampu mencapai hak itu setelah kompatriot sesama Prancis Jacques Anquetil (1957, 1961, 1962, 1963, 1964) dan pembalap Belgia Eddy Merckx (1969, 1970, 1971, 1972, 1974).
Secara statistik, torehan Tour de France 1985 milik Hinault tidak terlihat luar biasa karena ia cuma bisa lebih cepat 1 menit dan 42 detik dari pesaing terdekat, jarak catatan waktu total paling dekat dibandingkan empat gelar terdahulu.
Namun, mempertimbangkan berbagai situasi yang mewarnai baik di dalam maupun luar lintasan, boleh jadi Tour de France 1985 adalah gelar yang paling dikenang dalam karier pembalap berjuluk Le Blairue atau Si Musang Liar itu.
Drama mantan
Tour de France 1985 jadi musim kedua Hinault berbendera La Vie Claire, tim yang dibentuknya bersama pebisnis Bernard Tapie, setelah meninggalkan Renault-Elf-Gitane sebagai buntut perang dingin dengan direktur olahraga Cyrille Guimard yang kian memanas pada 1983.
Kala itu ultimatum Hinault dijawab dengan keputusan mempertahankan Guimard, boleh jadi karena Renault merasa cukup dengan keberadaan talenta muda Prancis Laurent Fignon serta sosok berbakat lain asal Amerika Serikat Greg LeMond.
Apalagi Hinault sejak 1980 kerap dibekap cedera lutut kambuhan. Pemulihan pascaoperasi lutut juga sempat memaksa Hinault absen dari Tour de France 1983 dan menyaksikan Fignom keluar sebagai juara.
Di La Vie Claire, Paul Koechli ditunjuk sebagai direktur olahraga, sosok yang kelak disanjung Hinault sembari menyindir Guimard.
"Sebelumnya di Renault, Cyril Guimard memerintahkan saya untuk melakukan sesuatu tanpa menyampaikan alasannya. Bersama Koechli semuanya berbeda, ia mengajari saya dan menjelaskan banyak hal," kata Hinault dalam wawancara dengan majalah Rouler pada 2017.
Keputusan Renault mempertahankan Guimard awalnya tampak tepat sebab Fignon sukses mengungguli Hinault untuk menjuarai Tour de France 1984, tapi musim panas 1985 mengubah keadaan.
Fignon terjebak cedera, LeMond terpikat rayuan mengikuti jejak Hinault menyeberang ke La Vie Claire, dan resesi melanda Eropa memaksa perusahaan induk tim, Renault SA, melakukan PHK terhadap sekira 21 ribu karyawan serta memangkas pos pengeluaran termasuk tim balap sepeda.
Tak lama setelah Hinault menahbiskan diri sebagai pembalap Prancis terakhir yang menjuarai Tour de France pada 1985, Renault justru mengumumkan pembubaran tim.
Tour de Hinault
Absennya Fignon menempatkan Hinault --yang baru saja pulang dari menjuarai Giro d'Italia-- sebagai unggulan utama Tour de France 1985 bersama rekan setimnya, LeMond.
Editor: Sapto Heru Purnomojoyo
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.