Jakarta (ANTARA) - Menteri Ekonomi Kreatif (Menekraf) Teuku Riefky Harsya menekankan pentingnya literasi digital dan etika dalam pemanfaatan teknologi berbasis kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) untuk kegiatan ekonomi kreatif.
"Kita tidak hanya berbicara tentang teknologi, tetapi tentang manusia di baliknya," katanya sebagaimana dikutip dalam keterangan pers kementerian di Jakarta pada Jumat.
"AI membuka peluang besar untuk meningkatkan produktivitas dan menjangkau pasar global, namun pemanfaatan AI juga perlu dibarengi dengan literasi digital, etika, dan perlindungan hak cipta agar ekosistem kreatif tumbuh secara adil dan berkelanjutan," ia menjelaskan.
Dalam upaya untuk mendorong penggunaan AI secara bertanggung jawab dalam kegiatan ekonomi kreatif, Kementerian Ekonomi Kreatif bersama Amazon Web Services (AWS) dan Dicoding mengadakan Hackathon 2025 "AI for Creative Economy."
Lima inovator digital dikukuhkan sebagai pemenang Hackathon 2025 "AI for Creative Economy", yang menampilkan 44 produk AI berbasis cloud dari talenta-talenta muda di 28 kota.
Karya pemenang Hackathon 2025 meliputi platform kurasi film, platform pembuatan situs web, generator iklan audio, asisten AI untuk industri fesyen dan kriya, serta solusi digital bagi pegiat ekonomi kreatif.
Teuku Riefky mengatakan bahwa Hackathon merupakan bagian penting dari upaya pengembangan talenta digital kreatif Indonesia.
"Kolaborasi dengan AWS dan Dicoding melalui Hackathon ini menunjukkan bagaimana teknologi dan kreativitas dapat berpadu melahirkan solusi nyata bagi ekonomi kreatif Indonesia," katanya.
Baca juga: Hackathon edisi kedua angkat inovasi berbasis teknologi 5G dan AI
Kegiatan Hackathon 2025 "AI for Creative Economy" di kantor AWS Indonesia pada Kamis (23/10) merupakan puncak dari Program AWS Back-End Academy 2025 Online Hackathon yang berlangsung dari 6 Agustus sampai 6 Oktober 2025.
Para peserta kegiatan tersebut mendapatkan pelatihan dari AWS pada 21 Agustus 2025. Selama pelatihan mereka mendapat paparan materi mengenai dasar-dasar AI, pengolahan data, integrasi dataset, penggunaan AI secara bertanggung jawab, serta pengenalan Amazon Bedrock dan Amazon Sagemaker.
Peserta kemudian diminta menciptakan produk digital berupa aplikasi atau situs web dengan fokus pada salah satu dari lima penggunaan, yakni pemampu ekonomi kreatif, film dan musik, fesyen dan kriya, aplikasi dan gim, serta kuliner.
Deputi Bidang Kreativitas Digital dan Teknologi Kementerian Ekonomi Kreatif Neil El Himam mengapresiasi para peserta dan pemenang Hackathon 2025 yang telah menghasilkan berbagai produk digital berkualitas.
Ia mengemukakan bahwa adopsi AI merupakan langkah penting dalam memperkuat daya saing dan meningkatkan produktivitas pegiat ekonomi kreatif.
"Program Hackathon ini berhasil melahirkan produk-produk digital potensial yang dapat membantu pegiat usaha kreatif dalam menyediakan jasa bagi pelanggannya," katanya.
"Ini membuktikan bahwa AI bukan ancaman, melainkan peluang untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas karya," ia menambahkan.
Neil mengatakan bahwa Kementerian Ekonomi Kreatif mendorong kolaborasi hexahelix yang mencakup akademisi, bisnis, dan komunitas untuk mengoptimalkan pemanfaatan potensi ekonomi kreatif.
Baca juga: Wamenkomdigi sebut AI harus dijadikan mitra dalam komunikasi publik
Direktur Teknologi Digital Baru Kementerian Ekonomi Kreatif Dandy Yudha Feryawan berharap kegiatan Hackathon bisa dilaksanakan secara berkelanjutan untuk meningkatkan kapasitas talenta kreatif.
"Harapannya program kolaborasi bersama perusahaan teknologi besar AWS serta lembaga pendidikan Dicoding ini bisa di-expand (perluas) dan kita bisa melibatkan industri sebagai off-taker dari hackathon-hackathon berikutnya," katanya.
Dicoding sejak tahun 2021 telah berkolaborasi dengan AWS dalam melaksanakan berbagai program pelatihan dan inovasi digital, termasuk Hackathon 2025 yang dijalankan dengan dukungan Kementerian Ekonomi Kreatif.
Head of Training & Certification AWS Indonesia Yashinta Bahana mengemukakan bahwa Hackathon 2025 menumbuhkan semangat inovasi dan kolaborasi di kalangan talenta muda.
Ia menyampaikan bahwa penguasaan teknologi kecerdasan artifisial bisa menjadi fondasi penting bagi pelaku ekonomi kreatif untuk beradaptasi dan bersaing pada masa transformasi digital global.
"Di era ekonomi digital, literasi AI menjadi kunci daya saing global," katanya.
Melalui Hackathon "AI for Creative Economy" yang dijalankan bersama Kementerian Ekonomi Kreatif dan Dicoding, ia mengatakan, AWS berusaha mewujudkan komitmen mendemokratisasi pendidikan AI dan memberdayakan talenta lokal.
"Hasilnya membuktikan potensi besar talenta Indonesia bila dibekali pelatihan berstandar dunia untuk menghadapi tantangan dan bersaing di tingkat global," katanya.
Baca juga: ASEAN Foundation ajari pelajar di Manokwari manfaatkan AI
Baca juga: ICISS 2025 soroti etika dan inklusivitas kecerdasan buatan
Pewarta: Fitra Ashari
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.
















































