Jakarta (ANTARA) - Menteri Kebudayaan Fadli Zon menyebut pentingnya refleksi sejarah Perang Jawa (1825–1830) sebagai bagian tak terpisahkan dalam menemukan jati diri bangsa Indonesia.
“Refleksi terhadap Perang Jawa atau Perang Diponegoro mengajarkan kita bahwa jati diri perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia tidak dibangun dalam sebuah kenyamanan, tetapi dalam perlawanan menentang penjajahan dan kolonialisme,” kata Menbud Fadli Zon saat pidato kebudayaan pada gelaran peringatan 200 tahun Perang Jawa yang digelar Perpustakaan Nasional RI (Perpusnas) di Jakarta, Sabtu malam.
Perjuangan Pangeran Diponegoro menjadi simbol keberanian, religiositas, dan keteguhan prinsip. Strategi perang gerilya yang diterapkan Pangeran Diponegoro menunjukkan kecerdikan dalam menghadapi penjajah, jauh dari pola konvensional.
Baca juga: Perpusnas: 200 tahun perjuangan Diponegoro cerminkan martabat bangsa
“Dia tumbuh dari sebuah semangat rela berkorban dan cinta tanah air, keberanian, dan prinsip yang tak bisa dibeli atau ditundukkan, sebagaimana jati diri Pangeran Diponegoro,” Fadli Zon menambahkan.
Menbud juga menyoroti karya monumental "Babad Diponegoro", yang menurut dia menjadi referensi penting untuk memahami sejarah dan literasi kebudayaan Jawa. "Babad Diponegoro" adalah naskah kuno yang berisi riwayat hidup Pangeran Diponegoro, yang diakui oleh UNESCO sebagai "Memory of the World" atau Ingatan Dunia pada 2013.
Naskah itu ditulis dalam bahasa Jawa dan dianggap sebagai otobiografi pertama dalam sastra Jawa modern. "Babad Diponegoro" ditulis saat Pangeran Diponegoro diasingkan di Manado, Sulawesi Utara, pada 1831-1832.
Sebagai bagian dari peringatan, Kementerian Kebudayaan akan menggelar pameran lukisan bertajuk “NYALA: 200 Tahun Perang Diponegoro” di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta, yang rencananya dibuka Presiden Prabowo Subianto, Senin (21/7).
Menbud Fadli mengajak generasi muda untuk memperkuat kesadaran sejarah dan menjadikan perjuangan masa lalu sebagai inspirasi membangun masa depan bangsa.
“Sejarah adalah cermin kolektif bangsa, tanpa memahaminya, maka suatu bangsa berisiko kehilangan arah dan mudah tercerabut dari akar jati dirinya.” kata dia.
Perpusnas menyelenggarakan serangkaian program bertajuk "MARTABAT" untuk memperingati 200 tahun perang Jawa yang berlangsung mulai 20 Juli hingga 20 Agustus 2025 untuk memperingati dua abad perang tersebut.
"MARTABAT" diambil untuk menonjolkan hakikat harga diri bangsa pada setiap insan, mengandung nilai-nilai hakiki yang menggerakkan gelora perjuangan Pangeran Diponegoro tatkala dia melihat ketidakadilan kolonial, korupsi, dan kesewenang-wenangan yang menggerus hak-hak dasar rakyat Indonesia di masa penjajahan.
Baca juga: Perpusnas angkat warisan Babad Diponegoro peringati 2 abad perang Jawa
Baca juga: Fadli Zon: Uji publik penulisan sejarah digelar di beberapa tempat
Baca juga: Fadli Zon: The Palace contoh pelestarian warisan sejarah berkelanjutan
Pewarta: Pamela Sakina
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.