Jakarta (ANTARA) - Hilirisasi emas dan nikel menjadi kiat pemerintah untuk memacu ekonomi nasional.
Pemanfaatan sumber daya tersebut dinilai membawa banyak keberkahan dan bisa mendorong pertumbuhan ekonomi hingga 8 persen.
Hilirisasi yang dimaksud bukan sekadar mengeruk kekayaan alam dan mengekspornya dalam bentuk mentah, tetapi mengolahnya menjadi produk bernilai tinggi (value added) yang dapat menopang pertumbuhan manufaktur, membuka lapangan kerja, serta memperkuat posisi Indonesia di rantai pasok dunia.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebut masih ada 17,11 miliar ton sumber daya bijih emas yang tersimpan di perut Ibu Pertiwi. Sementara untuk nikel, Indonesia merupakan pemilik cadangan terbanyak di dunia yang mencapai 55 juta ton atau setara 42,31 persen dari cadangan nikel global.
Potensi itu merupakan berkah melimpah yang bisa membawa kemajuan bangsa.
Emas selama ini identik dengan komoditas logam mulia untuk investasi. Namun, melalui hilirisasi, emas memiliki manfaat lebih luas. Sumber daya ini bisa menghasilkan produk bernilai tinggi, seperti perhiasan berkualitas, serta komponen industri elektronik yang memiliki nilai jual hingga ratusan kali lipat.
Untuk nikel, mineral ini menjadi primadona hilirisasi nasional karena memiliki peran vital dalam industri baterai kendaraan listrik (Electric Vehicle/EV). Nikel merupakan bahan utama dalam pembuatan baterai lithium-ion.
Oleh karena itu, hilirisasi nikel diarahkan bukan hanya ke sektor logam, tetapi juga ke sektor strategis seperti kendaraan listrik, yang merupakan masa depan industri otomotif.
Lewat pemanfaatan mineral ini, Indonesia berpotensi menjadi pemain kunci di sektor energi baru terbarukan. Nikel olahan seperti ferronickel, stainless steel, hingga bahan baku baterai memiliki nilai jual lebih tinggi daripada bijih nikel.
Investasi smelter nikel dan pabrik baterai turut memicu pertumbuhan sektor lain seperti energi, konstruksi, logistik, serta jasa keuangan.
Sudah ada enam perusahaan kendaraan listrik global yang menanamkan modalnya di Indonesia untuk membangun fasilitas produksi mobil listrik. Tak tanggung, angka yang ditanamkan mencapai Rp15,52 triliun yang memiliki kapasitas produksi hingga mencapai 305 ribu unit per tahun dan membuka lapangan kerja hingga ribuan orang.
Dari sisi ekspor, hilirisasi sumber daya nikel memberikan keuntungan 10 kali lipat untuk kas negara, dari semula 3,3 miliar dolar AS menjadi 33,5 miliar dolar AS hanya dalam kurun waktu 6 tahun.
Upaya pemanfaatan
Salah satu industri utama hilirisasi emas dan nikel di Indonesia adalah PT Aneka Tambang Tbk (Antam), anggota holding BUMN tambang MIND ID.
Antam memainkan peran strategis sebagai motor penggerak hilirisasi sekaligus motor industri berbasis sumber daya alam.
Produk emas batangan Antam telah menjadi acuan standar investasi domestik, dan juga menjadi komoditas ekspor unggulan. Selain logam mulia, Antam juga memproduksi perhiasan serta produk emas olahan lainnya, yang turut memperkuat ekosistem industri kreatif.
Baca juga: Indonesia berpeluang jadi raksasa baterai dunia lewat hilirisasi nikel
Editor: Sapto Heru Purnomojoyo
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.