MBG, peluang ekonomi baru dan investasi untuk anak-anak Sentani

5 days ago 8

Sentani (ANTARA) - Pagi itu, angin dari Danau Sentani berhembus pelan, membawa aroma air tawar yang khas dari tepian Pantai Rhobing, Kampung Asei Besar, Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua.

Dari kejauhan tampak bangunan permanen berukuran besar berdiri kokoh, bercat biru cerah, dengan halaman luas menghadap langsung ke danau.

Itulah Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Asei Besar, yang bersiap menjadi dapur bergizi moderen untuk melayani ribuan anak sekolah sekaligus membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat sekitar.

SPPG Asei Besar bukan sekadar dapur, ia dibangun dengan semangat kemandirian perempuan Papua dan berstandar nasional, dilengkapi fasilitas stainless steel food grade sesuai ketentuan Badan Gizi Nasional (BGN).

Luas bangunannya mencapai 400 meter persegi, dengan area bongkar muat (loading) depan dan belakang seluas 200 meter persegi.

Bahkan, dapur ini menjadi salah satu yang pertama di Papua dengan laboratorium protein hewani khusus untuk pemeriksaan ketat ikan dan juga daging juga bahan lainnya sebelum masuk ke proses memasak.

"Puji Tuhan, persiapan kita sudah 98 persen. Semua peralatan memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI), termasuk stainless tipe 304 yang diwajibkan untuk dapur gizi, kami ingin memastikan kualitas makanan terbaik bagi anak-anak kita," kata Ketua Yayasan TEKER Harapan Papua Hesty Imelda Kere, kepada ANTARA sambil menunjukkan ruang dapur yang masih beraroma cat baru.

Di balik kemegahan fisik, SPPG ini juga menyerap tenaga kerja lokal. Sebanyak 47 relawan direkrut, terdiri dari ibu-ibu kampung setempat dan anak-anak muda di sekitar danau.

Mereka dilatih menjadi juru masak, tenaga distribusi, hingga staf pendukung. Selain itu, enam tenaga tambahan direkrut sebagai keamanan, cleaning service dan petugas lapangan.

Mama-mama yang sebelumnya hanya memasak di rumah kini ikut terlibat menyiapkan hidangan untuk ribuan anak sekolah, sementara para anak muda mendapat kesempatan untuk belajar disiplin dan belajar bekerja dalam sebuah tim.

Tak hanya sebagai tenaga kerja, masyarakat juga dilibatkan sebagai penyedia bahan baku. Masyarakat sekitar juga mengambil peran sebagai pemasok bahan baku seperti ayam, sayuran, beras, ikan, dan kebutuhan lainnya yang tentunya mengikuti ketentuan yang berlaku.

Selain itu, kesempatan juga terbuka bagi para nelayan Danau Sentani. Ikan tangkapan mereka wajib diterima dapur sesuai petunjuk langsung Badan Gizi Nasional, dan tentu dengan standar yang ditetapkan laboratorium protein.

Kebutuhan bahan pangan disediakan dari warga kampung setempat yang telah ditetapkan sebagai pemasok bahan baku melalui perjanjian kontak kerja sama, sehingga ketersediaan bahan baku tetap terjamin setiap hari dan roda ekonomi terus berputar di lingkungannya sendiri tanpa harus bergantung pada pasokan luar.

Layanan hingga ke pulau-pulau

SPPG Asei Besar diproyeksikan melayani 3.969 anak hingga mencapai 4.000 penerima manfaat, yang terdiri dari 35 sekolah, mulai dari PAUD hingga SMA. Untuk jangkauan pelayanannya meliputi sekolah-sekolah di pesisir hingga pulau-pulau di tengah Danau Sentani.

Untuk itu, tiga speedboat milik warga disewa secara permanen oleh SPPG. Armada inilah yang akan mengantar kotak makanan bergizi setiap pagi, menembus riak air dan kabut, hingga sampai ke sekolah-sekolah yang jauh dari akses jalan darat.

Dalam waktu singkat, hanya sekitar sebulan para pemilik speedboat sudah mampu meraup penghasilan hingga jutaan rupiah dari jasa penyewaan. Tambahan pendapatan ini menjadi bukti nyata bagaimana program ini memberi dampak ekonomi langsung yang signifikan bagi mereka.

Yang menarik, dapur gizi ini tidak hanya memasak, tetapi juga melakukan pemeriksaan laboratorium terhadap protein hewani yang akan digunakan dalam menu masakan.

Setiap ikan yang datang harus dipotong oleh tenaga khusus, daging dan ikan diperiksa ketat, tidak boleh lebih dari seminggu sejak produksi.

Laboratorium khusus protein berdiri terpisah dari dapur, dan dilengkapi peralatan moderen yang memastikan setiap bahan pangan terolah sesuai standar.

Setiap tahap pengolahan diawasi dengan ketat, sehingga higienitas dan nilai gizi benar-benar terjaga hingga ke meja konsumsi anak sekolah.

Langkah ini penting karena target utama program Makan Bergizi Gratis (MBG) bukan sekadar memberi makan, tetapi juga membangun generasi unggul Papua sejak usia dini.

Hesty menjelaskan, tantangan terbesar justru pada saat distribusi, mengingat topografi wilayah sasarannya dikelilingi danau yang membuat akses tidak selalu mudah. Banyak sekolah berada di pesisir dan pulau-pulau Danau Sentani, jauh dari jalan darat.

Untuk menjangkau mereka, SPPG Asei Besar menyewa tiga speedboat milik warga, yang nantinya setiap pagi mengantarkan kotak-kotak makanan bergizi diangkut melintasi air danau, menembus riak gelombang dan kabut tipis, sebelum sampai ke dermaga sekolah-sekolah.

Perjalanan pendistribusian tentu tidak akan selalu mulus, ada saatnya ketika angin kencang membuat perahu harus berhenti menunggu ombak reda, atau mesin perahu mogok di tengah danau sehingga distribusi bisa saja terlambat. SPPG Asei Besar telah mengantisipasi hal tersebut sejak dini guna meminimalisasi dampak perubahan cuaca.

Bupati Jayapura Yunus Wonda pada kesempatan terpisah menjelaskan, program MBG merupakan wujud nyata perhatian pemerintah pusat terhadap masa depan generasi muda sekaligus peluang ekonomi baru bagi masyarakat lokal.

"Kita bukan hanya bicara anak-anak mendapat makanan bergizi, lebih dari itu masyarakat di sekitar SPPG ikut hidup. Nelayan, petani, pemilik speedboat, ibu-ibu kampung yang mana semua terlibat. Inilah roda ekonomi baru yang kita harapkan," katanya.

Yunus menekankan bahwa program MBG di Kabupaten Jayapura merupakan bagian dari upaya membangun sumber daya manusia unggul Papua.

Anak-anak penerima manfaat dipastikan mendapat makanan sehat setiap hari. Sementara orang tua merasa tenang karena keterlibatan mereka juga dihargai.

Persiapan menuju peluncuran

Suasana di SPPG Asei Besar kini makin bersemangat. Pantulan warna biru dan motif lukisan khas Sentani pada sudut-sudut tembok sudah mencapai sentuhan akhir.

Harapan besar sebelum akhir bulan ini kegiatan di tempat tersebut sudah dapat diluncurkan.

Setelah peresmian, pihak SPPG Asei Besar berencana menghadirkan pihak sekolah untuk menyaksikan bagaimana proses memasak berlangsung, mulai dari pemilihan bahan hingga hidangan siap disajikan, sehingga transparansi dan kepercayaan publik terjaga.

Keterbukaan informasi penting agar masyarakat tahu bahwa makanan anak-anak sekolah benar-benar dikelola secara profesional.

"Nanti orang tua, kepala sekolah, dan komite sekolah bisa lihat sendiri. Jadi tidak ada keraguan lagi, yang memasak adalah mama-mama kita, bukan orang jauh, anak-anak makan dari tangan orang tuanya sendiri," kata Yunus Wonda.

Lebih dari dari sekedar dapur, SPPG Asei Besar digadang-gadang sebagai model perputaran ekonomi berbasis masyarakat lokal. Dengan standar nasional, tenaga kerja lokal, bahan baku terbaik, hingga sistem distribusi yang memberdayakan warga setempat. SPPG ini menjadi cermin kolaborasi sosial dan ekonomi yang nyata.

Dengan suara yang bergetar, Ketua Yayasan TEKER Harapan Papua Hesty Imelda Kere mengungkapkan rasa bangganya. Baginya, kebahagiaan terbesar bukan sekedar melihat makanan tersaji, tetapi ketika paket gizi itu benar-benar sampai di sekolah-sekolah terpencil, terutama di pulau-pulau kecil yang tersebar di Danau Sentani.

Di sana, banyak anak-anak yang biasanya berangkat sekolah tanpa sarapan. Ia berharap nantinya mereka dapat mengikuti pembelajaran dengan perut kenyang. Itu bukan sekadar makan tetapi sebuah investasi besar untuk masa depan Papua.

Saat matahari siang mulai memantul di permukaan Danau Sentani, bangunan SPPG Asei Besar berdiri sebagai simbol harapan baru dari kampung di pesisir Danau Sentani untuk Indonesia.

Di balik dinding-dinding berwarna biru tersimpan semangat besar untuk menyelamatkan masa depan anak-anak Papua sekaligus menggerakkan ekonomi masyarakat lokal.

Program Makan Bergizi Gratis tidak lagi sebatas bantuan makanan, melainkan gerakan pembangunan manusia dari dapur kampung berstandar nasional dan dari tepian danau yang tenang ini, sebuah perubahan besar sedang dimulai.

Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |