Mandiri Institute: Pembiayaan hijau siap tumbuh seiring kebutuhan 2026

2 hours ago 5
Saya rasa masih ya. Bahkan dengan kondisi sekarang, demand untuk ESG financing yang project financing-nya juga masih cukup besar.

Jakarta (ANTARA) - Kepala Mandiri Institute Andre Simangunsong menilai permintaan pembiayaan berkelanjutan atau green loan berpotensi meningkat pada 2026, seiring dengan meningkatnya kebutuhan dunia usaha untuk menyesuaikan strategi bisnis dengan isu keberlanjutan dan target net zero emission (NZE) 2060.

Meskipun pada 2025 kondisi global diwarnai oleh gejolak geopolitik, perang dagang, dan perang tarif, ia mengatakan permintaan terhadap pembiayaan berbasis environmental, social, and governance (ESG), khususnya untuk proyek pembiayaan, tetap berada di level yang cukup besar.

“Saya rasa masih ya. Bahkan dengan kondisi sekarang, demand untuk ESG financing yang project financing-nya juga masih cukup besar,” ujar Andre di sela acara Public and Business Leader Forum: 2026 Outlook & Challenges, di Jakarta, Sabtu.

Ia memperkirakan dorongan terhadap pembiayaan berkelanjutan kembali menjadi prioritas pada 2026, yang dipengaruhi oleh meningkatnya kesadaran terhadap risiko iklim, terutama setelah berbagai bencana yang terjadi di tingkat nasional, regional, hingga global.

Dia mengatakan, kondisi tersebut mendorong dunia usaha untuk mulai mengakses dan menyelaraskan strategi bisnis dengan prinsip sustainability (berkelanjutan).

Ditambah, lanjutnya, terdapat tekanan positif dari regulator, termasuk pemerintah dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang mendorong perbankan untuk menerapkan Climate Risk Stress Testing (CRST).

“Dari sisi supply dan demand, ada kebutuhan yang semakin tinggi,” ujar Andre.

Dalam kesempatan ini, Andre memaparkan dua faktor utama yang mendorong perkembangan pembiayaan hijau, di antaranya, pertama berasal dari pemerintah yang dinilai sebagai penerbit terbesar obligasi berkelanjutan, termasuk obligasi hijau dan obligasi sosial.

Selain pemerintah, ia mengatakan sektor keuangan disebut sebagai sektor yang paling siap menjadi enabler pembiayaan berkelanjutan, yang mana sektor ini menjadi penerbit terbesar kedua setelah pemerintah sekaligus menjadi penyalur utama pembiayaan tersebut.

Andre menjelaskan, Mandiri Institute juga mengacu pada survei terhadap perusahaan tercatat atau listed companies di Bursa Efek Indonesia (BEI), yang mana hasil survei menunjukkan bahwa jenis pembiayaan berkelanjutan yang paling diminati oleh perusahaan adalah green loan.

Dalam tiga hingga lima tahun ke depan, dia memperkirakan permintaan terhadap proyek penurunan emisi dan peningkatan efisiensi energi akan terus meningkat, sehingga perbankan dinilai perlu bersiap untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

“Kami melihat demand terhadap proyek untuk menurunkan emisi atau meningkatkan efisiensi energi ini meningkat,” ujar Andre.

Mandiri Institute telah mengukur tingkat kesiapan sektor usaha dalam penerapan ESG, yang mana berdasarkan survei terhadap sejumlah perusahaan lintas sektor, hampir seluruh sektor telah memiliki kesadaran terhadap isu ESG.

Namun demikian, Andre mengatakan, dari sisi kesiapan implementasi hingga adopsi dalam strategi perusahaan, masih terdapat sektor yang perlu ditingkatkan.

“Kalau awareness sudah pasti (perusahaan) mengetahui, tapi dari sisi readiness, implementasi sampai ke level manajemen, sampai ada adopsi dalam strategi perusahaan, kira-kira yang perlu memang perlu ditingkatkan, ini sektor agrikultur, FMCG (Fast-Moving Consumer Goods), dan transportasi,” ujar Andre pula.

Berdasarkan data Mandiri Institute, hingga semester I-2025, pembiayaan berkelanjutan sektor transportasi masih di level 17,6 juta dolar Amerika Serikat (AS) atau Rp 293 miliar (asumsi kurs Rp 16.650 per dolar AS).

Sementara itu, pembiayaan berkelanjutan sektor agroindustri seperti crude palm oil (CPO) tembus di level Rp500 miliar atau 30 juta dolar AS, lalu, sektor petrokimia mencapai Rp2,91 triliun atau 175 juta dolar AS dan sektor peternakan di level Rp1,05 miliar alias 63.000 dolar AS.

Baca juga: Wujudkan Ekonomi Hijau yang Inklusif, Bank Mandiri Perkuat Strategi Pembiayaan untuk Sektor Energi Terbarukan

Baca juga: BI suntik insentif Rp36,38 triliun ke bank untuk pembiayaan hijau

Pewarta: Muhammad Heriyanto
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |