Chengdu (ANTARA) - Di sebuah ruang kelas di kampus musim panas Universitas Chengdu, para mahasiswa relawan dari berbagai negara sedang menerima pelatihan seputar keterampilan dan protokol penting untuk peran mereka dalam ajang The World Games 2025 di Chengdu, Provinsi Sichuan, China barat daya.
Universitas Chengdu telah berkontribusi dengan mengirimkan lebih dari 580 mahasiswa relawan, termasuk empat mahasiswa internasional, untuk ajang Chengdu World Games, yang dijadwalkan berlangsung pada 7 hingga 17 Agustus.
Salah satu di antaranya adalah Nguyen Thi Phuong Hoa (23), seorang mahasiswa asal Vietnam yang sedang menempuh tahun pertama program pascasarjana seni. Dia bertugas sebagai penerjemah di Kampung Atlet.
"Sebagai mahasiswa internasional, ini suatu kehormatan besar. Ini adalah kesempatan untuk berkontribusi sekaligus memperdalam pemahaman saya tentang masyarakat China dan menjadi bagian dari itu," kata Hoa.
Ketertarikan Hoa terhadap China bermula sejak masa kanak-kanak melalui drama televisi klasik seperti "Journey to the West", yang memicu ketakjubannya pada budaya China.
Saat tiba waktunya memilih perguruan tinggi, dia memutuskan untuk menempuh pendidikan di Universitas Chengdu, China, ketimbang institusi lokal di Vietnam.

Selama lima tahun tinggal di Chengdu, Hoa telah mengalami kemajuan akademis dan menemukan rasa nyaman layaknya di rumah sendiri.
Fasih berbahasa Mandarin dan memiliki minat besar dalam seni, Hoa telah berkeliling ke berbagai wilayah di China, menggunakan kuasnya untuk mengabadikan pemandangan alam dan tradisi.
"Lima tahun ini merupakan bagian paling berharga dalam hidup saya. China adalah negara yang dinamis dan kaya akan budaya, sementara Chengdu adalah kota yang benar-benar terasa hangat. Gaya hidupnya nyaman, dan makanannya sangat menggugah selera," katanya.
"Saya sangat antusias dapat bertemu dengan para atlet dari berbagai negara dan kawasan," ujarnya mengenai Chengdu World Games.
"Jika saya mendapat kesempatan untuk membantu tim dari negara saya sendiri, saya akan merasa semakin bersemangat. Saya ingin mereka merasakan dukungan dan diperlakukan dengan baik, meskipun berada jauh dari rumah," tambahnya.
Mahasiswa seperti Hoa bukan hanya sekadar relawan, melainkan juga duta budaya yang berperan membantu menghubungkan China dengan dunia.
"Saya selalu bermimpi untuk berpartisipasi dalam ajang internasional dan menjadi warga dunia," sebut Sysanhouth Thidasavan, seorang mahasiswa dari Laos.
"Ketika saya melihat pengumuman perekrutan relawan, saya tahu bahwa saya harus berpartisipasi di dalamnya," imbuhnya.

Ong Xinning (21), seorang mahasiswa semester dua asal Malaysia, tiba di Chengdu dua tahun lalu karena tertarik pada warisan budaya dan vitalitas modern kota tersebut. Dia juga menjadi salah satu relawan untuk ajang The World Games 2025.
Ong gemar membuat video pendek dan membagikan kehidupannya di China secara daring.
Salah satu proyek terbarunya di Meishan menampilkan seorang perajin warisan budaya takbenda yang sedang menenun naga bambu sepanjang 99 meter, video tersebut kemudian mendapat banyak pujian di media sosial.
Proyek tersebut juga membuat Ong meraih kehormatan terpilih sebagai pembawa obor ke-44 dalam estafet obor The World Games.
Keluarganya di Malaysia menyaksikan siaran langsung dan mengirimkan pesan ucapan selamat kepadanya.
"Itu adalah salah satu pengalaman yang paling tak terlupakan dalam hidup saya. Saya sudah menyaksikan banyak acara olahraga internasional secara daring, namun menjadi bagian di dalamnya adalah pengalaman yang benar-benar berbeda," katanya.
"Musim panas ini, saya akan terus menggunakan kamera saya untuk menceritakan lebih banyak kisah tentang China," sebut Ong.
"Membawa obor bukan hanya tindakan seremonial. Ini tentang meneruskan semangat persatuan, persahabatan, dan pertukaran budaya," kata Ong.
Pewarta: Xinhua
Editor: Ade irma Junida
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.