Lidah Tanah, stasiun KA zaman kolonial yang tetap beroperasi di Sumut

2 months ago 19
sejak Februari 2025 stasiun ini yang awalnya hanya sebagai pengatur persilangan kereta api, juga dijadikan sebagai stasiun yang melayani penumpang

Medan (ANTARA) - Stasiun Kereta Api Lidah Tanah di Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara, yang merupakan peninggalan zaman kolonial Belanda, tetap dioperasikan oleh PT Kereta Api Indonesia (KAI) Divisi Regional I Sumatera Utara, sebagai salah satu stasiun untuk menaikkan dan menurunkan penumpang.

Kepala Stasiun Kereta Api Lidah Tanah, Hendarji Widodo di Serdang Bedagai, Sabtu, mengatakan stasiun tersebut yang sampai saat ini tetap mempertahankan keaslian, tanpa adanya penambahan tersebut, mulai dioperasikan tahun 1902.

Namun untuk awalnya stasiun tersebut hanya difungsikan sebagai pengatur persilangan kereta api dari Kota Medan menuju Pematangsiantar atau Tanjung Balai dan sebaliknya.

Namun sejak Februari 2025, KAI Divre I Sumatera Utara memfungsikan stasiun tersebut juga sebagai stasiun untuk menaikkan dan menurunkan penumpang.

Ditetapkannya stasiun tersebut sebagai salah satu stasiun yang melayani penumpang tidak terlepas juga dari tingginya minat masyarakat untuk menggunakan jasa kereta api.

Hal itu seiring diberlakukan Grafik Perjalanan KA (Gapeka) 2025 menggantikan Gapeka 2023 yang sebelumnya digunakan.

Gapeka merupakan pedoman pengaturan pelaksanaan perjalanan kereta api yang digambarkan dalam bentuk garis menunjukkan stasiun, waktu, jarak, kecepatan dan posisi perjalanan kereta api.

Mulai dari berangkat, berhenti, datang, bersilang dan penyusulan, yang digambarkan secara grafis untuk pengendalian perjalanan kereta api.

"Manfaat yang dapat dirasakan pelanggan pada penerapan Gapeka 2025 salah satunya adalah penambahan pemberhentian di stasiun untuk melayani naik/turun penumpang," katanya.

Di Stasiun Lidah Tanah, kereta api yang berhenti untuk menaikkan dan menurunkan penumpang ada dua yakni Kereta Api Putri Deli dan Siantar Ekspres.

"Permintaan dari masyarakat dan potensinya juga cukup tinggi, sejak Februari 2025 stasiun ini yang awalnya hanya sebagai pengatur persilangan kereta api, juga dijadikan sebagai stasiun yang melayani penumpang. Jadi kalau dulu kereta api hanya melintas, sekarang setiap kereta penumpang juga berhenti di stasiun ini," katanya.

Sebelum dioperasikan sebagai stasiun yang melayani penumpang, sejumlah pembenahan dilakukan, seperti penambahan kursi ruang tunggu, bancik (tangga untuk turun dan naik penumpang), loket boks, kursi roda, tandu, tong sampah, alat pengering payung, termasuk juga perlengkapan musholla.

Stasiun yang berada di ketinggian 11,47 DPL yang tepatnya terletak Deli Muda Hilir, Perbaungan, Serdang Bedagai tersebut memiliki lima ruangan yang difungsikan masing-masing ruang untuk kepala stasiun, mushalla, ruang tunggu, safety first dan ruang pengatur perjalanan.

Stasiun tersebut hanya memiliki dua jalur kereta api dengan jalur 2 merupakan sepur lurus. Setiap hari, selain kepala stasiun, ada tiga atau empat petugas yang bertugas dengan masing-masing dibagi tugas siang dan malam.

Mengingat bangunan stasiun termasuk salah satu cagar budaya, tak banyak perubahan yang dilakukan KAI Sumut terhadap bangunan stasiun tersebut demi tetap menjaga keasliannya.

"Kan tidak bisa sembarangan melakukan perubahan terhadap bangunan yang masuk cagar budaya. Harus sangat hati-hati karena memang ada aturannya. Misalnya kalau ada genteng yang bocor, harus disisip dengan genteng jenis yang sama, demikian juga dengan yang lainnya. Kita hanya bisa memperindah sekitarnya, misalnya dengan menanam bunga bungaan atau lainnya," katanya.

Baca juga: KAI Sumut gunakan PLTS di Stasiun Medan dukung energi hijau

Baca juga: KAI: 44.168 penumpang gunakan jasa KA selama libur Idul Adha di Sumut

Baca juga: KAI Sumut sediakan 53.760 tiket kereta selama libur Idul Adha 1446 H

Pewarta: Juraidi
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |