Léonor Serraille resah bila koneksi cerita film terkesan dipaksakan

1 week ago 8

Jakarta (ANTARA) - Sutradara film "Montparnasse Bienvenue" dan "Mother and Son," asal Prancis Léonor Serraille memiliki keresahan bila koneksi cerita film yang dibuatnya terkesan dipaksakan kepada penonton.

"Saya perlu pendekatan yang lebih dinamis," kata Serraille, yang merasa kecewa karena film sebelumnya tidak mencapai hasil yang diharapkan, menurut laporan Variety, Minggu.

"Rasanya kurang tepat, karena saya telah mencurahkan begitu banyak energi — mungkin terlalu banyak. Saya sedikit kehilangan arah, dan perlu mengadopsi metode kerja yang berbeda — yaitu, mendorong kolaborasi, improvisasi, dan pendekatan dokumenter. Semua elemen dalam proyek ini sangat hidup, cepat, dan intens," kata Serraille.

Baca juga: Lee Jung Jae dinobatkan jadi Pembuat Film Baru Terbaik lewat "Hunt"

Ia meyakini bahwa kunci untuk membangun koneksi autentik dengan penonton adalah dengan rendah hati dan tidak mencolok.

Sehingga dalam film terbarunya, "Ari" (2025), Serraille memilih pendekatan yang tidak mencolok itu dan menikmati menjadi bagian dari khalayak umum. Ia menggelar lokakarya akting di Konservatori Akting Nasional Prancis, membekali para pemain dan peserta pelatihan dengan metode menangkap emosi secara spontan.

Lebih lanjut, Serraile memanfaatkan sejumlah daftar referensi pribadi mengenai pengambilan gambar di lokasi-lokasi di Lille yang telah ia kenal selama lebih dari satu dekade, serta menuangkan frustrasi pribadi dan profesional ke dalam karya tersebut.

Baca juga: JAFF17 jadi ajang titik temu para pembuat, pemain, dan penonton film

"Ari" pun dibuat menggunakan stok film "Super 16mm" untuk menonjolkan emosi mentah tanpa polesan rias atau penyamaran.

Dengan demikian, Serraille berharap proses pembuatan film lebih seperti dokumenter untuk menangkap energi yang lebih hidup dan intens.

Film "Ari" (2025) disebut mengikuti cerita seorang guru muda (diperankan Andranic Manet) yang hidupnya berubah setelah mengalami kecelakaan kerja, mengeksplorasi bagaimana anak muda, terutama laki-laki, menghadapi kegagalan dan bangkit kembali. Eksplorasi tersebut, menurut dia, berhasil menunjukkan kerentanan yang sebelumnya jarang terlihat.

Baca juga: Kemenparekraf perlu kembangkan industri film berlatar belakang sejarah

Serraille juga memperlambat ritme film, fokus pada interaksi manusia yang mendalam, dan merefleksikan keresahan generasi muda terkait eksistensi di era digital saat ini.

"Pemuda saat ini dapat merasa tertekan oleh keadaan masyarakat sambil tetap sangat sensitif, inventif, dan peduli. Orang-orang di pertengahan 20-an dan 30-an sekarang bertanya, 'apa gunanya,' dan pertanyaan-pertanyaan itu harus memiliki tempat di bioskop. Jika ada, saya menemukan itu sangat meyakinkan tentang keadaan dunia," kata Serraille.

Baca juga: Pembuat film berharap proyek Disney bisa tawarkan narasi baru Afrika

Baca juga: Film pemenang Cannes, "Titane", wakili Prancis di Oscars

Penerjemah: Abdu Faisal
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |