Lapas Pulau Nusakambangan bertransformasi jadi sentra kemandirian

2 weeks ago 16
Di balik jeruji, ada manusia yang sedang berproses, belajar, dan berusaha memperbaiki diri

Cilacap (ANTARA) - Pulau Nusakambangan di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, sejak lama lekat dengan citra sebagai pulau penjara mengingat fungsinya sebagai tempat pengasingan bagi narapidana dengan kasus besar. Sebutan "Alcatraz-nya Indonesia" kerap disematkan kepada pulau itu.

Semua itu karena di pulau yang memiliki luas lahan sekitar 121 kilometer persegi tersebut berdiri 13 lembaga pemasyarakatan (lapas) dengan beragam klasifikasi, mulai dari berkeamanan super maksimum, maksimum, hingga lapas terbuka.

Namun, wajah Nusakambangan perlahan berubah. Di balik pagar tinggi dan kawat berduri, muncul geliat baru berupa pembangunan balai latihan kerja (BLK) yang dirancang untuk membekali warga binaan pemasyarakatan (WBP) dengan keterampilan hidup.

Transformasi ini dimulai ketika Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menemukan banyak lahan negara di Nusakambangan belum dimanfaatkan secara optimal oleh Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan selaku pengelola pulau tersebut.

Atas dasar temuan BPK tersebut, Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan Agus Andrianto memanfaatkan lahan itu menjadi pusat pembinaan kemandirian. Program ini kemudian masuk dalam 13 akselerasi kementerian dengan fokus utama pada peningkatan keterampilan WBP agar lebih siap kembali ke masyarakat.

Langkah tersebut juga sejalan dengan upaya penguatan ketahanan pangan nasional. Nusakambangan diproyeksikan menjadi sentra pangan baru melalui pemanfaatan lahan seluas 500 hektare.

Kinerja kepala lapas, khususnya di Nusakambangan, kini tidak hanya diukur dari sisi keamanan, juga dari kemampuan mereka menggerakkan WBP dalam program BLK serta ketahanan pangan.

Sejak diprakarsai pada November 2024, BLK Nusakambangan telah mengembangkan lahan produktif sekitar 105 hektare dengan melibatkan 266 warga binaan. Kegiatan yang digarap tidak main-main: pertanian padi, peternakan ayam dan domba, perikanan, hingga pengolahan sampah dan pupuk organik.

Data terbaru menunjukkan, WBP telah menghasilkan panen padi sebanyak 7,4 ton gabah dari lahan 12,1 hektare. Mereka juga memelihara lebih dari 3.395 eayam petelur yang menghasilkan 20 ribu butir telur per hari, membudidayakan 145 ribu ekor ikan, serta mengembangkan tambak udang vannamei dan windu di lahan seluas 22,5 hektare.

Di bidang keterampilan non-pertanian, terdapat BLK Konveksi dengan 75 WBP dan 103 mesin jahit, BLK Pengolahan Sampah dengan kapasitas 10 ton per jam, serta BLK Pupuk Organik yang bekerja sama dengan Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto.

Selain melatih kemampuan teknis, aktivitas di BLK membentuk disiplin, kebiasaan produktif, dan kepercayaan diri. Para WBP tidak lagi hanya menunggu masa hukuman, melainkan mengisi hari dengan aktivitas yang kelak bisa menjadi bekal hidup.

Baca juga: Warga binaan tingkatkan keterampilan lewat Nusakambangan Berdaya

Editor: Sapto Heru Purnomojoyo
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |