Krisis pangan kian parah di Gaza akibat blokade Israel berkepanjangan

5 hours ago 5

Jakarta (ANTARA) - Krisis kemanusiaan di Jalur Gaza kian memburuk di saat blokade Israel menginjak bulan ketiga berturut-turut, yang secara signifikan membatasi masuknya makanan, air, dan pasokan-pasokan penting ke daerah kantong pesisir tersebut, rumah bagi lebih dari 2 juta warga Palestina.

Antrean panjang di luar dapur-dapur amal dan pusat-pusat distribusi makanan menjadi pemandangan yang kerap ditemui di seluruh Gaza. Di Khan Younis, Jalur Gaza selatan, ratusan warga menunggu selama berjam-jam dengan harapan mendapatkan satu porsi makanan.

"Situasinya sangat sulit. Tidak ada cukup makanan atau air bersih," kata Umm Rami, seorang ibu dari empat anak, ketika sedang menunggu di luar sebuah pusat distribusi.

Dapur-dapur amal, yang kerap menjadi satu-satunya sumber makanan bagi para pengungsi, saat ini mengalami kesulitan untuk dapat terus beroperasi di tengah menipisnya pasokan. Sebagian besar makanan yang tersedia bersumber dari bantuan kemanusiaan atau sumbangan lokal yang terbatas, yang keduanya menurun drastis akibat penutupan perbatasan yang berkepanjangan.

"Jika perbatasan terus ditutup, kemungkinan kami terpaksa berhenti beroperasi dalam beberapa hari ke depan," kata Abdullah Skaik, pengawas sebuah dapur amal di permukiman al-Amal di Khan Younis, kepada Xinhua. "Sebelumnya, kami bisa mendapatkan beras, kacang lentil, dan tepung yang cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Sekarang, kami mengandalkan stok sisa yang sudah hampir habis."


Israel menghentikan masuknya barang dan pasokan ke Gaza sejak 2 Maret setelah berakhirnya perjanjian gencatan senjata tahap pertama dengan Hamas yang mulai diberlakukan pada Januari. Perjanjian gencatan senjata tahap kedua belum dapat terlaksana karena ketiadaan konsensus antara Israel dan Hamas.

Skaik menggambarkan tekanan emosional yang dialami para sukarelawan dan keluarga pengungsi yang mereka bantu. "Kami menyaksikan malanutrisi menyebar di depan mata kami. Jika tidak ada perubahan, yang terjadi bukan hanya kekurangan makanan, tetapi kelaparan akut," paparnya.

PBB telah memperingatkan tentang bencana kemanusiaan yang akan terjadi di Gaza. PBB melaporkan bahwa tanda-tanda kelaparan akut semakin meningkat, khususnya di kalangan anak-anak.

Meskipun ada upaya-upaya berkelanjutan oleh institusi lokal dan lembaga bantuan internasional, para pekerja bantuan kemanusiaan mengatakan bahwa sumber daya saat ini tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang sangat besar dan terus bertambah.

Hamas menuduh Israel memanfaatkan "kelaparan sebagai senjata perang sistematis," dan menegaskan bahwa lebih dari 1 juta anak di Gaza menderita kelaparan setiap harinya.

Kepresidenan Palestina juga mengutuk blokade dan operasi militer Israel yang sedang berlangsung, serta mendesak masyarakat internasional untuk bertindak. Dalam pernyataan yang dikeluarkan melalui kantor berita resmi Palestina, WAFA, kepresidenan Palestina menyerukan intervensi mendesak untuk menghentikan apa yang digambarkannya sebagai pelanggaran yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap rakyat Palestina.

Pewarta: Xinhua
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |