Kupang (ANTARA) - Komisi XII DPR RI menyebutkan baterai produksi pabrik di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, yang diresmikan Presiden Prabowo beberapa waktu lalu, dapat mengatasi kendala baterai Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Oelpuah Kupang, Nusa Tenggara Timur, yang kini belum dapat beroperasi 24 jam.
Wakil Ketua Komisi XII DPR RI bidang Energi, Sumber Daya Mineral, Lingkungan Hidup dan Investasi Sugeng Suparwoto di Kupang, Rabu, mengatakan potensi PLTS di Kabupaten Kupang itu dapat dikembangkan walaupun masih ada kendala.
“Saya rasa masalah ini dapat teratasi. Pabrik baterai di Karawang itu memproduksi baterai EV untuk kendaraan listrik dan Baterai Energy Storage System (BESS) untuk mendukung PLTS agar bisa beroperasi sepanjang hari dan menjadi Base Load,” katanya.
Menurut dia, Indonesia akan menjadi pusat produksi baterai dunia karena memiliki 42 persen cadangan nikel di dunia, sementara nikel adalah bahan baku utama baterai yaitu mencapai 76 persen.
Komisi XII DPR-RI berkomitmen untuk mendorong pengembangan EBT yang ramah lingkungan di Nusa Tenggara Timur. Mereka juga menilai potensi EBT di NTT sangat tinggi.
Hal ini sejalan dengan target Indonesia untuk menekan emisi hingga 32 persen pada tahun 2029 dan memenuhi kebutuhan listrik masyarakat yang terus meningkat.
Sementara Anggota Komisi XII DPR-RI Ramson Siagian, menambahkan potensi pergeseran dari energi fosil ke EBT, terutama panas bumi dan surya, di NTT sangat besar.
Ia menegaskan komitmen Komisi XII DPR untuk mendukung pemenuhan kebutuhan listrik yang bersih dan ramah lingkungan bagi seluruh masyarakat NTT.
General Manager PLN UIW NTT, F. Eko Sulistyono di hadapan para Anggota DPR RI memaparkan kondisi kelistrikan saat ini dengan menjelaskan bahwa kelistrikan di NTT terbagi menjadi tiga sistem utama.
Sistem Timor, Sistem Flores, dan Sistem Sumba. Ada juga beberapa sistem isolated kecil seperti Sabu, Rote ,Alor dan beberapa daerah lainnya.
Sistem Timor sendiri memiliki Daya Mampu (DM) 186 MW dengan beban puncak 125 MW. Cadangan daya akan semakin besar dengan penambahan 50 MW.
Sementara sistem Flores: memiliki Daya Mampu 119 MW dengan beban puncak 99 MW, terakhir sistem Sumba didominasi oleh Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), sehingga ketersediaan dayanya terbatas.
Terkait EBT, ujar dia, saat ini total daya EBT mencapai 46,20 MW, bauran energi tahun 2024 adalah 9,5 persen.
Menurut Eko, peluang pengembangan EBT, khususnya PLTS, terbesar berada di Pulau Sumba.
Baca juga: PLN siapkan data teknis dukung pembangunan kawasan SIGN di Rote Ndao
Baca juga: Kementerian ESDM tekankan perlunya perluasan pembangkit PLTP di Flores
Baca juga: PLTD Komodo di Labuan Bajo uji coba insenerator ramah lingkungan
Pewarta: Kornelis Kaha
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.