Jakarta (ANTARA) - Di tengah meningkatnya intensitas bencana yang melanda berbagai wilayah, langkah-langkah untuk memperkuat pengurangan risiko bencana bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan mendesak.
Dalam forum Emergency Disaster Rescue and Response (EDRR) 2025, langkah konkret itu terealisasikan salah satunya saat Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyerahkan dua dokumen hasil riset kebencanaan kepada Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK).
Dokumen pertama memuat teknologi satelit untuk pengelolaan dan pengawasan sumber daya alam, kelautan, perikanan, serta mitigasi bencana.
Dokumen kedua merinci strategi peningkatan kapasitas mitigasi berbasis evaluasi dampak kerja sama internasional dan pemanfaatan teknologi penginderaan jauh.
Penyerahan ini bukan sekadar simbol kerja sama, tetapi wujud nyata bahwa kebijakan penanggulangan bencana yang efektif harus bertumpu pada riset yang kuat, akurat, dan teruji.
Bencana di Indonesia didominasi oleh bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor, dan kekeringan yang mencapai lebih dari 96 persen dari total kejadian.
Dengan posisi geografis yang berada di sabuk gunung berapi dan pertemuan lempeng tektonik, risiko bencana tidak dapat dielakkan.
Tantangannya adalah bagaimana mengubah risiko menjadi peluang untuk memperkuat kesiapsiagaan dan ketangguhan masyarakat.
Di sinilah peran riset menjadi pondasi yang menopang kebijakan, mengarahkan sumber daya ke titik-titik rawan, serta memastikan bahwa mitigasi dilakukan secara terukur dan tepat sasaran.
Inisiatif Kemenko PMK mendorong percepatan pengurangan risiko banjir di wilayah Jabodetabekpunjur melalui pengajuan Rancangan Instruksi Presiden (R Inpres) adalah contoh nyata penerapan hasil riset dalam kebijakan publik.
Kolaborasi dengan BRIN dalam proses ini sangat penting, mengingat pengelolaan banjir di kawasan padat penduduk memerlukan pendekatan multidisiplin yang memadukan teknologi, tata ruang, manajemen lingkungan, dan partisipasi masyarakat.
Inovasi yang dikembangkan BRIN, seperti pemantauan berbasis satelit dan penginderaan jauh, mampu memberikan data real-time dan prediksi yang lebih akurat untuk mendukung pengambilan keputusan.
Kontribusi perguruan tinggi
EDRR 2025 juga menjadi panggung bagi perguruan tinggi untuk menunjukkan kontribusi mereka. Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menghadirkan sistem peringatan dini gempa dan banjir berbasis teknologi informasi yang dirancang agar mudah diakses masyarakat.
Teknologi ini menjawab kebutuhan akan informasi cepat yang dapat menyelamatkan nyawa dalam hitungan menit.
Universitas Gadjah Mada (UGM) memperkenalkan teknologi Instalasi Pemanen Air Hujan (IPAH) dengan sistem Gama Rainfilter yang mampu memurnikan air hujan untuk kebutuhan rumah tangga, pertanian, dan pengisian ulang air tanah.
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.