Jakarta (ANTARA) - Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) menyatakan peningkatan keterlibatan masyarakat menjadi penting dilakukan ketika ingin mengoperasikan bank sampah dan dapat didasari dengan pendekatan budaya.
Dalam diskusi daring terkait bank sampah yang diikuti dari Jakarta pada Kamis, Tenaga Ahli Menteri Lingkungan Hidup Bidang Pengelolaan Sampah, Bambang Suwerda, menyampaikan bahwa pengelolaan bank sampah memiliki kaitan erat dengan upaya pemberdayaan sampah untuk mengurangi timbulan sampah.
"Ketika kita ingin mengajak masyarakat harus pahami budayanya. Ketika kita harus mengelola dan mengajak mendirikan bank sampah kita harus nyebur langsung ke masyarakat," jelasnya.
Dia menyebut hal itu dapat dilihat dari tingkat partisipasi masyarakat agar tidak berhenti hanya menerima informasi. Pendekatan dan pelibatan dibutuhkan agar masyarakat bisa sampai ke titik mulai mendapatkan wewenang atas kontrol dan sumber daya serta keputusan.
Langkah itu perlu dilakukan untuk meningkatkan keberlanjutan operasi bank sampah di Indonesia, dengan menurut data KLH saat ini sudah terdapat 17 ribu unit bank sampah yang tidak semuanya aktif berkegiatan.
"Prinsip pengelolaan sampah secara berkelanjutan adalah pemilahan. Itu unit edukasi yang paling utama dan bank sampah menjadi media untuk pemilahan sampah," tuturnya.
Baca juga: KLH: Penting gandeng pengepul dukung keberlanjutan bank sampah
Baca juga: DLH DKI sebut 840 dari 2.748 RW di Jakarta belum punya bank sampah
Bank sampah, katanya, adalah sistem yang diciptakan dengan tugas utama untuk mempersiapkan generasi yang sadar pentingnya pengelolaan sampah. Bukan hanya menyasar tujuan ekonomi.
"Nilai ekonomi adalah benefit yang berikutnya setelah ada edukasi," tuturnya.
Dalam kesempatan yang sama Reza Andreanto selaku General Manager Indonesia Packaging Recovery Organisation (IPRO), organisasi nirlaba yang fokus pada pengumpulan kemasan setelah konsumsi untuk daur ulang, mengatakan sosialisasi dari bank sampah diperlukan untuk mendorong dasar dari upaya pengurangan dan pengelolaan sampah yaitu pemilahan dari rumah.
Di saat yang sama bank sampah menjadi salah satu mitra pengelola dan penyedia sarana prasarana untuk mengumpulkan bahan baku daur ulang yang dibutuhkan industri.
"Yang tidak dimiliki oleh pelapak, pengepul, yang dimiliki oleh bank sampah induk itu adalah nilai pendampingannya termasuk edukasi, sosialisasi, kemitraan, pengembangan bersama dari sektor sosial dan lingkungannya," jelasnya.
Baca juga: Jakpus targetkan 50 bank sampah tingkat RW terbentuk dalam 2 minggu
Baca juga: IPR: Industri daur ulang butuh dua juta ton sampah plastik/tahun
Baca juga: KLH kembangkan percontohan pengelolaan sampah di Tanah Bumbu
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2025