Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) siap mengecek unit pengolahan ikan atau UPI yang kemungkinan terdampak bencana di wilayah Sumatra.
"Nanti kita akan cek berapa unit pengolahan yang terdampak di sana, dan kemarin juga sudah kita data unit-unit pengolahan ikan yang ada di sana," ujar Plt Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan KKP Machmud dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis.
Menurut dia, unit pengolahan ikan yang kemungkinan terdampak unit pengolahan yang berskala mikro serta kecil dan KKP sendiri telah memiliki datanya terkait unit-unit pengolahan ikan mana saja yang terdampak bencana di Sumatra tersebut.
"Kita akan lakukan bagaimana pemulihannya. Kita sudah ada tim, satuan tugas (satgas) dari KKP di situ ada satgas kaitan dengan penanggulangan bencana awal, kemudian operasional distribusi dan ada pemulihan, jadi satgas pemulihan ini adalah semua eselon I KKP harus melakukan pemulihan terutama untuk para pemangku kepentingan (stakeholder) yang ada di sana," katanya.
Direktur Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Pung Nugroho Saksono mengatakan bahwa kementeriannya mengirimkan total 108 ton bantuan bagi korban bencana di wilayah Sumatera.
Ia mengatakan bahwa jumlah tersebut merupakan akumulasi dari pengiriman bertahap yang dilakukan pihaknya melalui jalur laut dan udara ke berbagai lokasi bencana.
Selain menyalurkan bantuan pangan, ia juga mengatakan bahwa kementeriannya juga membuka penggalangan donasi pakaian layak pakai yang saat ini menjadi kebutuhan mendesak bagi para pengungsi.
Satgas KKP juga masih terus membuka bantuan dari berbagai pihak, termasuk swasta, yang akan memberikan bantuan kepada korban bencana melalui KKP, lanjutnya.
KKP telah menggerakkan tiga kapal pengawas ke Lhokseumawe, Langsa, dan Sibolga, serta satu pesawat patroli pengawasan untuk menjangkau daerah dengan akses yang sulit, seperti Aceh Tenggara.
Pewarta: Aji Cakti
Editor: Virna P Setyorini
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































