Kisah Akbar bersyukur masuk Sekolah Rakyat, bisa tidur di kasur empuk

2 hours ago 2
Kini saya dapat tidur berselimut hangat di atas kasur yang empuk

Jakarta (ANTARA) - Seorang siswa Sekolah Rakyat Menengah Atas (SRMA) 26 Makassar, Sulawesi Selatan, Akbar Rusman (15) mengisahkan rasa syukurnya bisa masuk ke Sekolah Rakyat hingga bisa tidur di kasur empuk.

Kementerian Sosial (Kemensos) melalui keterangan resmi di Jakarta, Selasa, menyatakan ketika menemui Akbar, sulung dari empat bersaudara tersebut mengaku sebelumnya terbiasa tidur di atas dinginnya lantai bengkel.

"Kini saya dapat tidur berselimut hangat di atas kasur yang empuk," kata anak sulung dari empat bersaudara itu ketika ditemui oleh tim Kemensos.

Ketika ditemui di perpustakaan, Akbar mengenakan kaos merah yang menjadi salah satu seragam SRMA 26. Ia mengaku bersyukur menjadi bagian dari program inisiasi Presiden RI Prabowo Subianto yang digerakkan oleh Kemensos.

Baca juga: Wamensos terharu dengar kisah siswa Sekolah Rakyat di Wonosobo

Sembari membaca buku pilihannya, Akbar duduk dan menceritakan kehidupannya sebelum tinggal di asrama Sekolah Rakyat. Ia mengaku adik pertamanya bersekolah di SMP, sedangkan adik kedua berada di bangku kelas 3 SD. Namun, keduanya sudah putus sekolah sejak 2024, sedangkan adik bungsunya meninggal saat bayi.

Saat ditanya bagaimana pendapat orang tuanya soal anaknya yang putus sekolah, Akbar enggan menjawab pertanyaan tersebut. Ia hanya mengatakan orang tuanya telah bercerai pada 2024.

"Waktu itu aku masih SMP kelas 2, mamaku bilang, kalau Akbar sudah lulus, mama tinggalkan," katanya.

Sejak kepergian ibu yang hanya membawa adik perempuannya, ia sempat tinggal di rumah bersama ayah dan adik pertamanya. Namun, ia mengaku tidak nyaman tinggal bersama ayahnya dan mulai sering berkunjung ke bengkel tempat sepupu dan pamannya bekerja sebagai montir.

Baca juga: Seskab tinjau dan dengarkan kisah wali siswa Sekolah Rakyat di Jakarta

"Waktu itu pertama saya tidak kerja di situ, sepupu saya memanggil, bilang mau kerja atau tidak di bengkel, sampai adik saya ikut sama saya," ucapnya.

Akbar akhirnya tidak melanjutkan pendidikannya ke jenjang SMA dan memilih menjadi montir bersama adiknya di bengkel tempat ia bermalam.

Penghasilan di bengkel tempatnya bekerja tak menentu, bahkan terkadang ia mendapat giliran atau shift kerja mulai pukul 12 malam hingga 6 pagi.

"(Penghasilan) kadang turun, kadang naik. Paling sedikit Rp100 ribu dan paling banyak Rp 300 ribu," paparnya.

Lewat penghasilannya sebagai montir bengkel, ia dapat memenuhi kebutuhan makannya sehari-hari. Kadang ia juga menyisihkan sedikit uangnya untuk diberikan kepada adiknya.

Baca juga: Tinjau SRMA Bengkulu, AHY terharu lihat semangat siswa Sekolah Rakyat

"Kadang juga saya kasih uang adik, kalau tidak, untuk makan dia," ucapnya

Akbar dan adiknya bertahan hidup dari penghasilannya sebagai montir. Ia kerap tidur bersama adik, sepupu dan pamannya di ruangan kecil di bengkel milik orang lain tersebut.

"Tidak ada kamar mandinya, jadi mandi di pom bensin," tuturnya.

Kehidupan keras tersebut Akbar jalani sampai akhirnya sang ayah dan pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) datang ke bengkel. Pendamping PKH tersebut menawarkan agar Akbar bersekolah di Sekolah Rakyat. Ia pun menerima tawaran tersebut karena akhirnya akan memiliki banyak teman.

Di Sekolah Rakyat, ia langsung mendapatkan kamar dengan fasilitas kasur, lemari, meja belajar, rak sepatu, jemuran, dan kipas angin, hingga alat tulis, sandal, alat mandi, sampai deodoran.

Baca juga: Prabowo tinggalkan pesan di buku siswa saat kunjungi Sekolah Rakyat

Kualitas tidurnya bertambah baik, selain itu, Akbar juga mengalami perubahan rutinitas secara drastis. Ia kini tidur malam lebih cepat dan bangun pagi lebih awal di Sekolah Rakyat.

"Kalau di sini tidurnya jam 9 malam, bangun jam 4 sebelum shalat Subuh," tuturnya.

Usai shalat subuh, ia dan siswa lainnya akan berolahraga. Kegiatan mereka dilanjutkan dengan kegiatan masa pengenalan sekolah hingga belajar. Ia pun mengaku tak mengalami masa kesulitan belajar atau beradaptasi.

"Yang saya syukuri bisa belajar dengan baik," katanya.

Pelajaran Matematika dan Pendidikan Kewarganegaraan menjadi mata pelajaran favoritnya. Ia pun bercita-cita untuk mengabdi pada negara dengan menjadi anggota TNI atau polisi.

"Lebih enak di sini. Bisa belajar dengan baik, harapannya sukses dan bisa membanggakan orang tua. Semoga orang tua saya sehat selalu," tuturnya.

Baca juga: Perdana tinjau Sekolah Rakyat, Prabowo disambut yel-yel dari siswa

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Indra Gultom
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |