Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bisa belajar dari Filipina dan Turki untuk menggaet wisatawan agar mau tinggal lebih lama di Jakarta, salah satunya karena potensi sebagai pusat transit ke wilayah lain di dalam negeri.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2024 mencatat rata-rata lama tinggal wisatawan mancanegara hanya dua hari sementara wisatawan nusantara hanya 1,53 hari di Jakarta, dan ini dinilai rendah.
"Contoh Filipina, tiga tahun terakhir mengeluarkan tiket pesawat murah tujuannya ke Tokyo, naik Philippine Airlines hanya Rp3 juta pulang pergi (PP)," kata kreator konten pariwisata (travel blogger), Kadek Arini di Jakarta, Selasa.
Tiket pesawat yang ditawarkan bukan berasal dari maskapai yang berbiaya rendah melainkan layanan penuh (full service). Harganya bisa murah karena mengharuskan penumpang transit yang panjang, yakni selama 30 jam di Kota Manila.
Baca juga: Pergerakan turis di DKI capai belasan juta tapi durasi tinggal rendah
Dengan begitu, penumpang mau tidak mau akan keluar bandara dan mengunjungi kota Manila. Di sanalah perputaran ekonomi terjadi.
"Pasti keluar uang, dia pasti menginap setidaknya satu malam," kata Kadek.
Kadek mengakui wisatawan umumnya tidak bisa tinggal di satu kota dalam waku yang lama, namun cukup 3-4 hari saja lalu berpindah ke kota lain.
Namun, menurut dia, DKI Jakarta harus punya strategi agar kunjungan wisatawan ke kota ini bisa maksimal dan berkesan sehingga membuat mereka kembali lagi untuk depannya.
"Menurut aku programnya Filipina bagus, menawarkan tiket pesawat yang murah untuk ke Tokyo dan orang Indonesia banyak yang beli," katanya.
Baca juga: Pemprov kembangkan wisata urban di Jakarta
Mereka tidak peduli transit panjang di Manila. "Tapi itu juga jadi satu poin bisa berkunjung ke Manila dan Tokyo," kata Kadek.
Serupa dengan Filipina, Turki juga menyediakan fasilitas jalan-jalan gratis bagi penumpang penerbangan dengan durasi transit yang panjang.
"Turki menawarkan 'free day trip' untuk yang transit. Tujuan akhirnya mungkin Amsterdam atau lainnya," katanya.
Kalau sampainya pagi (di Turki), bisa ikut "day trip" yang gratis dengan bus dan dapat makan siang. "Itu penerbangannya (ke lokasi tujuan) harus yang sore," kata Kadek.
Fasilitas tersebut memungkinkan wisatawan yang semula hanya transit berbelanja semisal souvenir khas Turki atau dari pengalaman berwisata gratis di Turki membuat mereka ingin menjelajahi negara dalam waktu lebih panjang.
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.