Surabaya (ANTARA) - Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menilai Pesantren Digipreneur (Digital-Entrepreneurship) "Al-Yasmin" Surabaya merupakan pesantren antimainstrem, tapi pesantren digital merupakan kebutuhan masa depan untuk pemanfaatan digital sesuai agama.
"Kita bersyukur ada pesantren anti-mainstream, karena tidak ada pesantren yang membolehkan santrinya membawa gawai, tapi pesantren ini justru santrinya tidak mungkin tanpa pegang gawai," katanya dalam keterangan diterima di Surabaya, Selasa.
Dalam peresmian pesantren yang juga dihadiri Rais Aam PBNU KH Miftakhul Achyar dan ada pertunjukan konfigurasi drone (drone light show) di teras pesantren itu, Gubernur Khofifah menjelaskan konsep anti-mainstream di Pesantren Al-Yasmin itu justru menjadi kebutuhan masa depan di era dunia tanpa batas.
Baca juga: Pesantren (Digipreneur Al-Yasmin) itu Siapkan Santri Digital-Preneur
"Pesantren Digipreneur Al-Yasmin yang anti-mainstream ini justru menjadi respons pesantren untuk mencetak santri yang siap menjawab dunia digital dengan entrepreneur sekaligus respons agama untuk perkembangan digital yang sekarang ditandai artificial intellegent (AI)," katanya dalam peresmian yang juga dihadiri Sekretaris PWNU Jatim HM Faqih itu.
Apalagi, katanya, masyarakat saat ini masih banyak yang terkecoh dengan perkembangan digital, seperti mengira AI itu riil, padahal tidak riil, namun bisa dimanfaatkan untuk kehidupan, seperti operasi kedokteran di Surabaya dengan bimbingan spesialis dari luar negeri yang memandu dari jarak jauh lewat AI.
"Jadi, apa yang dilakukan mas Helmy (pengasuh Pesantren Digipreneur Al-Yasmin) ini menerobos zaman. Persoalan digital IT memang harus dikondisikan dengan baik, bukan setiap hari di depan gadget/gawai, tapi bagaimana perkembangan digital yang sudah menjadi realitas itu memberi manfaat untuk efisiensi dan efektifitas dalam kehidupan," katanya.
Selain itu, juga bisa dikembangkan dalam digital-entrepreneur, seperti untuk bidang pertanian, peternakan dan sebagainya, yang dapat dilakukan anak-anak SMK yang bisa memanfaatkan dunia digital untuk berbagai kebutuhan melalui jaringan internet yang ada. "Karena itu, Pemprov Jatim berkolaborasi dengan sejumlah universitas luar negeri di bidang digital IT," katanya.
Sementara itu, pengasuh Pesantren Digipreneur Al Yasmin, Helmy M Noor menjelaskan pesantren yang peletakan batu pertamanya juga dilakukan Gubernur Khofifah (29/2/2024) itu berkonsep digipreneur, yakni digital dan entrepreneurship, yang dikelola oleh Yayasan Santri Milenial Indonesia (Yasmin).
Baca juga: Khofifah: Pesantren Digital Al Yasmin jadi "kafetaria" dakwah bil mal
Baca juga: Pentingnya Ditjen Pesantren Kemenag di era digital
"Pesantren yang kami rintis sejak 2021 itu merupakan cita-cita lama sejak 25-an tahun lalu atas spirit yang ditanamkan almaghfurlah KHA Hasyim Muzadi (Ketua Umum PBNU 2000-2010), karena almarhum KHA Hasyim Muzadi (pengasuh Pesantren Mahasiswa Al-Hikam, Malang) itulah yang mengenalkan saya dengan dunia digital sejak muda. Pesan beliau ada dua, yakni tekuni dan tularkan," katanya.
Bahkan, dirinya pernah diajak Kiai Hasyim Muzadi ke sebuah kampus di India yang memiliki studio cukup besar, yang melahirkan aktor-aktris dunia dari Hollywod, lalu Kiai Hasyim Muzadi mengamanati Helmy untuk bisa membuat hal serupa, tapi berbasis pesantren/Islami, sekaligus menangkal radikalisme di dunia digital.
"Program pesantren ini memang untuk santri yang bertalenta khusus, seperti public speaking, desain grafis, musik, digital marketing, pertanian digital, konten kreator, media, advertising digital, dan ketrampilan khusus bertema digital lainnya, sehingga santri bisa menempa hobi menjadi profesi," katanya.
Pewarta: Willi Irawan
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

















































