KESDM nilai olahan jelantah sebagai SAF senada misi ketahanan energi

1 month ago 20
Ketahanan energi, dan untuk yang ini tidak hanya ketahanan energinya, tapi juga swasembadanya. Jadi kemandiriannya juga semakin kuat.

Jakarta (ANTARA) - Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Dadan Kusdiana menilai, pengolahan minyak goreng bekas atau jelantah (used cooking oil/UCO) menjadi bahan bakar pesawat berkelanjutan (Sustainable Aviation Fuel/SAF) sejalan dengan program prioritas pemerintah terkait ketahanan energi.

“Ini adalah program Pak Presiden (Prabowo Subianto), Astacita harus terus kita laksanakan. Ketahanan energi, dan untuk yang ini tidak hanya ketahanan energinya, tapi juga swasembadanya. Jadi kemandiriannya juga semakin kuat,” kata Dadan dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.

Lebih lanjut, inovasi SAF dari PT Pertamina (Persero) ini diharapkan mampu menghasilkan energi bersih, memangkas emisi karbon, serta ramah lingkungan.

Pertamina menyatakan SAF ini mampu memangkas emisi karbon hingga 84 persen dibandingkan avtur fosil.

Hal itu menjadi salah satu daya tarik utama dari inovasi yang dikembangkan di Kilang RU IV Cilacap, karena menawarkan peluang konkret bagi industri penerbangan untuk menurunkan jejak karbonnya tanpa mengorbankan standar keselamatan dan performa.

Secara teknis, bioavtur yang diproduksi di RU IV Cilacap telah memenuhi standar kualitas nasional melalui Surat Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 70 Tahun 2025, serta standar internasional ASTM D1655 dan Defstan 91-091.

Ini merupakan syarat penting agar bahan bakar tersebut dapat dipakai dan aman untuk pesawat terbang.

Untuk memastikan pasokan bahan baku yang stabil, Pertamina merangkul masyarakat lewat program pengumpulan minyak jelantah.

Saat ini, sebanyak 35 titik pengumpulan telah didirikan di lokasi-lokasi strategis, memberi kemudahan bagi warga mengelola limbah rumah tangga sekaligus menerima saldo rupiah sebagai insentif.

Menurut Dadan, momentum ini juga menegaskan bahwa transisi energi bersih di Indonesia bukan sekadar wacana, melainkan rangkaian langkah praktis, mulai dari pemanfaatan potensi bioenergi, integrasi teknologi kilang, dan partisipasi masyarakat dalam pasokan.

Kendati begitu, masih ada pekerjaan rumah, terutama pada pengembangan bioetanol dan penguatan kerja sama lintas lembaga.

“Banyak pekerjaan sudah dilakukan, memang kami mengajak bahwa tidak bisa hanya sektor hilir yang bertanggung jawab," ujar Dadan.

Pengembangan SAF sudah diupayakan sejak 2021 melalui kolaborasi Pertamina dengan Institut Teknologi Bandung (ITB). Keduanya menghasilkan bahan bakar dengan campuran bioavtur hingga 2,4 persen (J2,4) melalui mekanisme coprocessing di TDHT 1 RU IV Cilacap.

Uji coba pertama dilakukan pada bulan Oktober 2021 menggunakan pesawat teregistrasi militer Dirgantara Indonesia, CN235-200 FTB, rute Bandung-Jakarta.

Dua tahun kemudian, pada Oktober 2023, pengujian dilanjutkan untuk pesawat komersial dengan uji terbang Boeing 737-800 milik Garuda rute Jakarta-Solo-Jakarta, sebuah rangkaian yang memperkuat bukti kesiapan penggunaan bahan bakar hijau pada armada pesawat.

Baca juga: Pertamina Patra Niaga salurkan bahan bakar SAF produksi dalam negeri

Baca juga: Pertamina berencana perluas produksi avtur dari minyak jelantah

Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |