Jakarta (ANTARA) - Pembukaan Muktamar ke-10 Partai Persatuan Pembangunan (PPP) di Jakarta, Sabtu (27/9), berlangsung riuh ketika Plt. Ketua Umum Muhammad Mardiono menyampaikan pidatonya.
Sejumlah peserta berteriak “lanjutkan!” untuk mendukung kepemimpinan Mardiono, sementara sebagian lain menyerukan “hidup perubahan!” dan “ketua baru!”.
Suasana itu membuat Mardiono beberapa kali terhenti di tengah pidatonya karena suara yel-yel peserta yang saling bersahutan dan beradu nada tinggi.
Bahkan, sebagian peserta kompak menyanyikan yel-yel “ketua baru!” berulang kali, disambut balasan teriakan “lanjutkan!” dari barisan pendukungnya.
Meskipun demikian, Mardiono tetap melanjutkan pidatonya. Ia menegaskan bahwa muktamar kali ini bukan sekadar forum formal, melainkan momentum refleksi bagi seluruh kader partai.
“Momentum penting muktamar bukan hanya forum kepengurusan, tapi ruang refleksi dan titik balik PPP,” ujarnya.
Mardiono mengatakan, pembukaan muktamar digelar dalam kesederhanaan namun tidak mengurangi makna.
Ia menyebut muktamar sebagai wadah untuk memproyeksikan masa depan partai sekaligus memperkuat konsolidasi organisasi.
Dalam pidatonya, ia menyinggung kenyataan pahit yang harus dihadapi partai Islam tertua itu pada Pemilu 2024.
“Hilangnya kursi PPP di Senayan bukan hanya kerugian partai, tetapi juga masyarakat yang menaruh harapan. Namun kekalahan ini bukan akhir, melainkan momentum kebangkitan,” kata Mardiono.
Ia menekankan PPP harus segera melakukan transformasi menjadi partai Islam yang solid, moderat, dan modern, serta mampu menjangkau generasi muda.
“Perbedaan pandangan hal yang wajar, tetapi jangan sampai melahirkan perpecahan. Belajar dari masa lalu, persatuan akan jadi kekuatan,” ujarnya.
Mardiono juga mengingatkan tantangan yang dihadapi partai di era digital, di mana persepsi publik mudah dibentuk melalui media sosial.

Menurutnya, PPP perlu menampilkan narasi Islam yang sejuk dan adaptif agar tidak ditinggalkan umat.
Ia menegaskan politik Islam tidak boleh berhenti pada simbol, melainkan harus menjadi nilai yang menghadirkan kemaslahatan bagi umat.
“PPP harus membuktikan politik Islam bukan hanya simbol, tetapi nilai ruh bagi umat. Kita harus menjaga PPP sebagai rumah besar umat Islam inklusif dan moderat,” katanya.
Mardiono lantas meminta maaf kepada seluruh kader atas konflik internal yang pernah terjadi.
“Saya mengucapkan permintaan maaf sebesar-besarnya. Mari kita satukan langkah menyongsong masa depan gemilang tanpa konflik,” ucapnya.
Ia menyerukan agar seluruh kader kembali meneguhkan prinsip PPP, yakni menjadikan politik sebagai jalan menegakkan keadilan, membawa keberkahan, dan menjaga persatuan bangsa.
“Kekalahan hanyalah kemenangan yang tertunda. Dengan kerja keras dan persatuan, Insya Allah PPP berjaya,” katanya.
Muktamar ke-10 ini akan menjadi forum untuk menentukan arah partai lima tahun ke depan, mulai dari pemilihan ketua umum periode 2025–2030 hingga pembahasan AD/ART dan rekomendasi kebijakan.
Forum tersebut dijadwalkan berlangsung hingga 29 September dengan agenda penutupan yang akan dihadiri pemerintah, partai politik, serta tokoh nasional.
Panitia juga telah mengundang Presiden Prabowo Subianto untuk hadir pada acara penutupan.
Pewarta: Aria Ananda
Editor: Agus Setiawan
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.