Kenduri Banyu Udan edukasi pengelolaan air hujan untuk kelestarian

1 week ago 9

Sleman (ANTARA) - Komunitas Banyu Bening menggelar "Kenduri Banyu Udan" di Joglo Banyu Bening, Dusun Tempursari, Sardonoharjo, Ngaglik, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai kampanye dan edukasi masyarakat dalam pengelolaan air hujan untuk kelestarian lingkungan dan kehidupan, Selasa.

Founder Sekolah Air Hujan Yu Ning mengatakan "Kenduri Banyu Udan" tahun ini merupakan kegiatan yang ke sepuluh kalinya.

"Kegiatan ini bukan sekadar tradisi budaya, melainkan gerakan edukasi untuk masyarakat. Air hujan adalah anugerah. Melalui kenduri ini, kami ingin mengajak masyarakat belajar mengelola air hujan dari aspek sains maupun religi agar bermanfaat bagi kehidupan," katanya.

Ia mengatakan, dengan kegiatan ini pihaknya ingin mengajak masyarakat memanfaatkan dan mengelola air hujan dengan bijak, sebagai solusi untuk mengurangi ketergantungan pada air tanah yang semakin terbatas.

Acara yang mengangkat tema "Banyu Udan Panguripan" (Air Hujan Kehidupan) tersebut dibuka dengan prosesi kirab membawa kendi air hujan yang dituangkan ke gentong di pintu masuk dusun, dilanjutkan dengan tarian sakral Riris Mangenjali yang hanya dipentaskan saat acara Kenduri Banyu Udan, sebagai ungkapan rasa syukur atas limpahan hujan.

Selanjutnya ada juga penari Sanggar Banyu Bening yang mempersembahkan tarian yang menggambarkan latihan prajurit keraton sebagai bentuk penghormatan kepada tamu kehormatan Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Bendara yang merupakan putri dari Sri Sultan Hamenku Buwono X.

Pada kesempatan tersebut GKR Bendara menekankan pentingnya pengelolaan air hujan untuk mengurangi ketergantungan pada air tanah.

"Tidak ada makhluk yang bisa bertahan tanpa air. Air bisa jadi berkah, bisa juga bencana. Banjir dan kekeringan adalah kenyataan yang kita hadapi. Eksploitasi tanah berlebihan membawa dampak negatif seperti penurunan tanah. Karena itu kita perlu bijak mengelola air," katanya.

Ia juga mengaitkan Kenduri Banyu Udan dengan tiga filosofi luhur Jawa, yakni "Hamemayu Hayuning Bawono" (menjaga keindahan dan kelestarian alam), "Manunggaling Kawula Gusti" (kesadaran menjaga alam sebagai wujud ibadah sosial dan syukur) serta "Sangkan Paraning Dumadi" (kesadaran bahwa manusia berasal dari alam dan akan kembali ke alam).

Acara kemudian ditutup dengan Ngopi Bareng, forum diskusi bersama akademisi, praktisi, dan komunitas.

Baca juga: Komunitas Banyu Bening gelar "Kenduri Banyu Udan" di Sleman

Baca juga: Babel kerja sama dengan Komunitas Banyu Bening kelola air hujan

Baca juga: Di Sleman ada Sekolah Air Hujan

Pewarta: Victorianus Sat Pranyoto
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |