Jakarta (ANTARA) - Menteri Agama Republik Indonesia Nasaruddin Umar menyampaikan pesan penuh haru saat menghadiri acara penghormatan untuk mendiang Paus Fransiskus di Katedral Jakarta, Kamis.
Dalam suasana yang emosional, ia menyatakan rasa duka mendalam sekaligus mengajak seluruh umat beragama untuk terus meneladani pesan-pesan kebaikan yang ditinggalkan Paus.
"Saya tidak tahu, saya kok seperti sangat emosional ya karena melihat wajah Pope. Kami sangat terharu ya," ujar Nasaruddin Umar.
Baca juga: Umat Kristiani padati Katedral Jakarta kenang Paus Fransiskus
Ia mengenang pertemuan hangat mereka di Masjid Istiqlal. Saat itu, Menag dengan Paus Fransiskus menghasilkan Deklarasi Istiqlal. Deklarasi tentang persaudaraan manusia yang kini menjadi atensi dunia internasional.
Ia menyoroti dua pesan penting dari Paus yang sangat relevan bagi dunia saat ini. Pertama, pentingnya mengedepankan dialog perdamaian dan menolak kekerasan.
"Karena kekerasan takkan pernah menyelesaikan permasalahan secara konstruktif," ujar Menag.
Kedua, perlunya menyadarkan umat beragama untuk bersahabat dengan alam dan menjaga lingkungan hidup.
"Jangan sampai kita mempercepat proses dunia ini menuju kiamat karena merusak alam," kata Imam Besar Masjid Istiqlal tersebut.
Baca juga: Mobil yang pernah dipakai Paus Fransiskus, Popemobile hingga Maung
Nasaruddin juga menceritakan momen pribadi bersama Paus yang begitu membekas. "Ketika saya berjabat tangan, beliau menggenggam erat dan tidak mau melepaskan. Saat saya mencium kepalanya dua kali, beliau mencium tangan saya berkali-kali," kenangnya.
Ia juga mengungkapkan kisah haru saat menerima undangan dari Vatikan untuk menghadiri konferensi. Namun, baru tiga setengah jam setelah menerima undangan itu, Nasaruddin mendengar kabar wafatnya Paus.
"Saya langsung tersentak," ujarnya.
Mengakhiri pesannya, Menteri Agama mengajak semua pihak untuk terus meneladani nilai-nilai luhur yang diwariskan Paus Fransiskus.
"Orang bijak tidak pernah wafat, melainkan semakin hidup seperti lilin yang menyala di dalam kalbu dan pikiran kita. Mari kita menjadi manusia sejati," kata dia.
Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: M. Tohamaksun
Copyright © ANTARA 2025