Jakarta (ANTARA) - Mengenali gejala stroke sejak dini sangat penting untuk meminimalisasi risiko fatalitas yang bisa menyebabkan disabilitas hingga kematian.
Peringatan tersebut disampaikan dalam World Stroke Day 2025 yang jatuh pada 29 Oktober dengan tema "Every Minute Counts" atau setiap menit sangat berharga. Head of Medical PT Anugerah Pharmindo Lestari (A Zuellig Pharma Company), dr Richard Santoso mengatakan bahwa mengenali gejala stroke penting tidak hanya bagi kelompok berisiko tinggi, tetapi juga bagi seluruh masyarakat.
"Mengenali gejala stroke penting, tidak hanya bagi pasien berisiko tinggi, tetapi juga untuk seluruh anggota keluarga, karena stroke dapat terjadi kapan saja dan di mana saja. Hal ini juga penting untuk diketahui bagi masyarakat produktif di lingkungan kerjanya”, ujar dr Richard dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa.
dr Richard menjelaskan, berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, terdapat 8,3 penderita stroke per 1.000 penduduk, meningkat dari 7 per 1.000 penduduk pada tahun 2013, dan jumlahnya terus bertambah setiap tahun.
Baca juga: Kenali faktor penyebab dan indikasi stroke pada perempuan
Stroke saat ini masih menjadi penyebab kematian dan disabilitas tertinggi di Indonesia, bahkan tercatat tertinggi di Asia Tenggara. Namun, risiko kematian dan kecacatan akibat stroke dapat dikurangi jika gejala cepat dikenali dan segera mendapat penanganan medis dalam waktu 4,5 jam setelah gejala pertama muncul, periode penting yang dikenal sebagai Golden Period.
"Setelah mampu mengenali gejala stroke, sangat krusial agar penderita stroke bisa segera mendapatkan pertolongan dan dibawa ke rumah sakit siaga stroke kurang dari 4,5 jam, agar peluang pemulihan lebih besar”, tambah dr Richard.
Bertepatan World Stroke Day 2025 yang jatuh pada 29 Oktober, World Stroke Organization (WSO) kembali mengingatkan beberapa tanda umum stroke yang dapat diingat melalui singkatan FAST, antara lain F (Face): wajah tampak menurun sebelah atau sulit tersenyum, A (Arm): salah satu tangan terasa lemah atau sulit diangkat, S (Speech): bicara pelo atau sulit memahami ucapan dan T (Time) yakni segera cari pertolongan medis.
Setiap menit berarti
Tahun ini, kampanye World Stroke Day 2025 mengusung tema "Every Minute Counts" atau setiap menit sangat berharga. Lantas, mengapa waktu 4,5 jam begitu penting untuk penderita stroke?
Berdasarkan panduan yang diterbitkan oleh European Stroke Organization pada 2021, risiko kecacatan pasien dengan Acute Ischemic Stroke (AIS) dapat diminimalisasi apabila segera dilakukan terapi dalam waktu kurang dari 4,5 jam sejak munculnya gejala.
Baca juga: Stroke di usia muda bertambah dipengaruhi beban kerja tinggi
Dengan demikian, sangat penting bagi pasien dan keluarganya untuk bisa segera sampai ke rumah sakit dalam kurun waktu tersebut. Selain itu, upayakan pasien tiba di rumah sakit dalam waktu kurang dari 4,5 jam sehingga tenaga medis bisa segera mengidentifikasi jenis stroke yang dialami oleh pasien.
Namun pastikan rumah sakit yang dicapai merupakan rumah sakit yang memiliki tim stroke dan dapat mengaktivasi Code Stroke.
Saat ini, sudah banyak rumah sakit di Indonesia yang memiliki layanan Siaga Stroke atau Stroke Ready Hospital. Untuk memudahkan jika terjadi hal darurat, masyarakat bisa melihat detail rumah sakit siaga stroke terdekat melalui laman Stroke Society (https://strokesociety.id/wso-angels-awards).
Diharapkan dengan mengenali gejala awal, memahami golden period 4,5 jam, serta mengetahui lokasi fasilitas kesehatan dengan layanan siaga stroke, setiap orang dapat berperan dalam menyelamatkan nyawa.
"Jangan abaikan gejala yang muncul, segera larikan ke unit gawat darurat rumah sakit siaga stroke terdekat. Setiap menit sangat berarti, dan keputusan cepat Anda bisa menyelamatkan nyawa seseorang," kata dr Richard.
Baca juga: Menjaga pola hidup sehat sedari muda cegah kondisi berat saat stroke
Baca juga: Penanganan stroke pada anak perlu pemeriksaan detail
Baca juga: Dokter: Rutin donor darah turunkan risiko penyakit jantung dan stroke
Pewarta: Alviansyah Pasaribu
Editor: Mahmudah
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































