Jakarta (ANTARA) - Pembekuan darah di pembuluh darah vena bagian dalam atau Deep Vein Thrombosis (DVT) dapat terjadi pada orang yang mengalami trauma pada salah satu anggota badan yang terlalu banyak digunakan menurut dokter ahli.
"DVT ini bisa mengenai siapa saja, karena itu kenali gejala agar kondisinya tidak semakin parah. Karena, jika tidak ditangani dengan benar dapat mengancam nyawa pasien," kata dokter sub-spesalis bedah vaskular dan endovaskular dari Mayapada Hospital Kuningan Yuliardy Limengka.
Dalam keterangan persnya di Jakarta, Senin, dia menyampaikan bahwa tubuh manusia memiliki dua pembuluh darah vena, satu di dekat kulit dan satu lagi di dalam dekat tulang.
"Ada tiga penyebab aliran di pembuluh darah vena bisa terhambat, yaitu aliran darah memang kurang lancar sehingga darah cenderung gampang membeku," katanya
Penyebab lainnya, ia melanjutkan, adalah kerusakan yang merangsang terjadinya pembekuan darah dan komponen darah yang mudah membeku atau mengental.
Dokter Yuliardy menyampaikan bahwa dalam banyak kasus penggumpalan darah di pembuluh darah vena bagian dalam terjadi pada kaki. Hanya sedikit kasus DVT di tangan seperti yang dialami oleh atlet basket NBA Victor Wembanyama.
Penyebab pasti DVT yang terjadi pada atlet tersebut belum diberitakan, tetapi dokter Yuliardy menduga Victor terkena trauma akut karena tangannya terlalu banyak digunakan.
Baca juga: Waspada pembengkakan kaki saat melakukan perjalanan panjang
Baca juga: Pembekuan darah bisa ditandai sakit kepala hingga gangguan bicara
Menurut dokter Yuliardy, gejala DVT dapat berupa rasa sakit terus menerus di tangan atau kaki, bengkak di satu sisi, serta kadang merasa kesemutan, yang menandakan saraf mulai tergencet akibat pembekuan darah.
Selain itu, bagian tubuh yang terdampak akan berwarna kemerahan, lalu berubah menjadi kebiruan hingga akhirnya kulit terlihat sangat pucat.
"Jika mendapat semua gejala itu, segera pergi ke dokter subspesialis bedah vaskular dan endovaskular untuk mendapat penanganan yang tepat," kata dokter Yuliardy.
Kalau bekuan darahnya kecil dan tidak mengganggu, ia menjelaskan, maka pasien cukup diberi obat-obatan koagulan untuk memberikan kesempatan pada tubuh agar menghancurkan bekuan darah secara perlahan serta mencegah munculnya bekuan darah baru.
Anggota Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah Vaskular dan Endovaskular Indonesia (FESBEVI) itu menyampaikan bahwa tubuh memiliki mekanisme untuk memperbaiki diri. Jika ada cedera, maka komponen darah akan memperbaiki dengan cara menambal.
Namun, aktivitas fisik yang tinggi kadang membuat tubuh kewalahan sehingga terjadi pembekuan darah yang berlebihan.
"Dampaknya, pembuluh darah akan rusak," katanya.
Ia mengatakan bahwa DVT pada fase akut sebaiknya ditangani dengan tindakan operasi yang disebut trombektomi, prosedur medis untuk mengangkat gumpalan darah yang menyumbat pembuluh darah.
Menurut dia, trombektomi dapat dilakukan tanpa sayatan dengan dukungan alat medis yang canggih.
Baca juga: Hipertensi tidak terkontrol bisa picu munculnya aneurisma
Baca juga: Dokter ahli jelaskan penyebab pembuluh darah di otak pecah
Pewarta: Fitra Ashari
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2025