Jakarta (ANTARA) - Deputi Bidang Usaha Kecil Kementerian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Temmy Satya Permana mendukung hilirisasi komoditas nilam yang dapat meningkatkan nilai tambah, sehingga mampu menciptakan lapangan kerja yang lebih luas.
“Hilirisasi bukan sekadar proses industri, melainkan strategi untuk meningkatkan nilai tambah produk sehingga mampu menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan daya saing” ucap Temmy dikutip dari keterangan pers di Jakarta, Jumat.
Berdasarkan data Kementerian Perindustrian pada 2025, Indonesia merupakan salah satu produsen utama minyak atsiri dunia, khususnya nilam.
Minyak nilam menjadi komoditas utama yang menyumbang sekitar 54 persen dari ekspor minyak atsiri Indonesia dengan nilai 141,32 juta dolar AS atau Rp2,32 triliun. Sektor ini menyerap lebih dari 200 ribu tenaga kerja, yang sebagian besar berasal dari pengusaha mikro, kecil, dan menengah serta petani kecil.
Menurut data Kementerian Pertanian pada 2024, ekspor nilam juga menunjukkan tren positif dari 2019 dan diperkirakan akan terus tumbuh hingga 2027 dengan rata-rata pertumbuhan positif 0,88 persen per tahun.
“Tren back to nature serta meningkatnya permintaan industri berbasis bahan alami mendorong pertumbuhan kebutuhan global,” kata Temmy.
Temmy menambahkan wilayah Aceh, Sumatera Barat, Sumatera Utara, dan hampir seluruh wilayah Sulawesi menjadi sentra produksi nilam. Namun, sayangnya sebagian besar masih dipasarkan dalam bentuk bahan mentah dengan nilai tambah rendah.
”Karena itu, hilirisasi menjadi langkah strategis untuk meningkatkan daya saing, membuka lapangan kerja berkualitas, serta meningkatkan kesejahteraan petani dan pengusaha UMKM,” kata Temmy.
Menurut Temmy, hilirisasi perlu ditopang oleh riset serta inovasi dan pembiayaan yang tepat. Proses ini harus dirancang sesuai dengan kebutuhan pasar domestik maupun internasional.
Ia juga menyampaikan Kementerian UMKM sedang mengembangkan inisiasi program untuk mendukung hilirisasi usaha skala kecil, di antaranya Help Me Grow dan pembangunan platform layanan asistensi digital. Platform ini akan memfasilitasi bimbingan teknis dan manajerial produksi bagi usaha skala kecil.
Temmy menegaskan pentingnya dukungan pembiayaan untuk mendorong terwujudnya hilirisasi, khususnya bagi pengusaha skala kecil. Data per Mei 2025 mencatat penyaluran kredit perbankan kepada UMKM baru mencapai Rp1.503 triliun atau sekitar 18,5 persen dari total kredit perbankan.
Angka ini masih jauh dari target pemerintah yang menargetkan rasio kredit UMKM dapat meningkat hingga 30 persen.
Baca juga: Harum nilam Aceh antar Syaifullah raih Indonesia Innovator Award 2025
Baca juga: Inovasi nilam ARC USK Aceh dinilai bisa jadi model hilirisasi nasional
“Lewat penempatan dana Rp200 triliun di bank-bank Himbara, pemerintah membuka ruang lebih luas bagi UMKM mengakses pembiayaan. Kebijakan ini memberikan dorongan positif bagi sektor strategis, termasuk minyak atsiri, yang pada pendataan awal tercatat membutuhkan pembiayaan sebesar Rp22,5 miliar untuk peningkatan kapasitas produksi dan hilirisasi,” kata Temmy.
Pewarta: Shofi Ayudiana
Editor: Evi Ratnawati
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.