Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pertanian (Kementan) bersama Komisi IV DPR RI memacu Kabupaten Maros menjadi salah satu lokomotif produksi pertanian di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) guna mewujudkan swasembada pangan.
"Kami mendorong Kabupaten Maros untuk menjadi penggerak utama sektor pertanian di Sulawesi Selatan," kata Ketua Komisi IV DPR RI Siti Hediati Soeharto (Titiek Soeharto) saat kunjungan kerja Komisi IV DPR RI ke Kabupaten Maros dengan agenda panen padi bersama petani setempat sebagaimana keterangan di Jakarta, Rabu.
Titiek menyebut Maros sebagai salah satu sentra produksi beras penting, tidak hanya bagi Sulawesi, tetapi juga untuk Indonesia.
“Panennya luar biasa. Satu hektare di sini bisa menghasilkan lebih dari 9 ton, dan setahun bisa panen sampai tiga kali. Ini harus kita jaga dan tingkatkan lagi produksinya,” ujarnya usai melakukan panen padi di Kelurahan Raya Kecamatan Turikale Kabupaten Maros.
Untuk mendukung hal tersebut, Komisi IV DPR RI berkomitmen memperjuangkan penyaluran bantuan alat dan mesin pertanian (alsintan) dari pemerintah pusat ke Maros.
Bantuan itu disesuaikan dengan kebutuhan kelompok tani yang sudah terdaftar, di antaranya "combine harvester", traktor roda empat, pompa air dan sumur dalam untuk lahan tadah hujan.
Titiek juga menyoroti tantangan yang dihadapi sektor pertanian di Maros, seperti perubahan iklim, keterbatasan pupuk, benih, dan pestisida, kondisi irigasi yang perlu ditingkatkan, serta terbatasnya akses pembiayaan dan teknologi.
Menurut dia, kunci keberhasilan pertanian adalah sinergi seluruh pemangku kepentingan.
Titiek juga menekankan dalam pengembangan pertanian tidak bisa berjalan sendiri, perlu sinergi antara petani, penyuluh, pemerintah, lembaga riset, dunia usaha dan perbankan.
"Itu semua menjadi kunci. Momen panen ini sebagai titik tolak untuk meningkatkan produksi padi, memperkuat ketahanan pangan, dan mewujudkan kemandirian beras secara berkelanjutan,” kata Titiek.
Titiek juga mengajak seluruh pihak menjaga semangat gotong royong dan berinovasi dalam pertanian karena baginya sawah dan ladang merupakan masa depan bangsa.
"Ini harapan baru untuk masa depan pertanian Maros yang lebih mandiri, maju dan sejahtera, serta menjadi lokomotif produksi padi terbaik di Sulawesi Selatan,” ucap Titiek.
Di tempat yang sama, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan Yudi Sastro menambahkan pihaknya siap menindaklanjuti arahan Ketua Komisi IV DPR RI terkait bantuan untuk petani Maros.
Yudi mengaku segera meminta Dinas Pertanian setempat agar mengajukan Calon Petani Calon Lokasi (CPCL) penerima bantuan.
"Semua yang diarahkan Ibu Ketua akan kami penuhi, tentu dengan verifikasi agar bantuan tepat sasaran. Jika ada kelompok yang sudah menerima di tahun yang sama, maka akan diprioritaskan pada tahun berikutnya,” kata Yudi.
Terpisah, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menegaskan, pihaknya siap mengakselerasi program peningkatan produksi padi melalui berbagai langkah strategis.
Mentan mengatakan saat ini pihaknya melakukan berbagai upaya dalam meningkatkan ketahanan pangan do antaranya melalui program oplah, memperluas areal tanam, melakukan percepatan tanam dan panen dengan bantuan alsintan, serta memperkuat penyediaan benih unggul dan pupuk tepat waktu.
Amran juga mengungkapkan komitmen Kementan yang menargetkan peningkatan produksi padi nasional untuk memperkuat ketahanan pangan nasional sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani.
Dalam implementasinya, diperlukan sinergi berbagai pihak agar target ini dapat tercapai dengan optimal.
“Dengan kerja sama semua pihak, kita yakin Indonesia mampu kembali mencapai swasembada beras secara berkelanjutan dan petani kita tambah sejahtera,” kata Amran.
Baca juga: Kementan berikan bantuan bibit ke Pemkab Maros senilai Rp1,32 miliar
Baca juga: Titiek Soeharto: Maros penting sebagai sentra produksi nasional
Baca juga: Mentan sebut tata kelola distribusi pupuk subsidi terus disempurnakan
Pewarta: Muhammad Harianto
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.