Kemenperin pacu ekosistem industri bambu lewat Bamboo Academy

3 months ago 14
Industri bambu memiliki prospek besar dan keunikan tersendiri. Bambu bisa tumbuh di mana saja, namun tetap diperlukan teknik budi daya dan pemilihan jenis yang tepat agar menghasilkan bahan baku yang berkualitas

Jakarta (ANTARA) - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyatakan tengah mengakselerasi pembangunan ekosistem industri bambu yang terintegrasi melalui program Bamboo Academy, seperti di Kabuyutan Bambu Muara Beres, Bogor.

"Industri bambu memiliki prospek besar dan keunikan tersendiri. Bambu bisa tumbuh di mana saja, namun tetap diperlukan teknik budi daya dan pemilihan jenis yang tepat agar menghasilkan bahan baku yang berkualitas,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dalam pernyataan di Jakarta, Senin.

Menurut Menperin, bambu bukan hanya material yang fungsional, tetapi juga sarat akan nilai-nilai filosofi yang dalam. Hal ini menjadikan bambu sebagai salah satu sumber daya alam yang sangat potensial dikembangkan sebagai basis industri yang berdaya saing tinggi, terutama di sektor kerajinan, furnitur, konstruksi, hingga bioindustri.

Kemenperin juga telah menjalankan berbagai program strategis untuk mendukung pengembangan industri bambu nasional. Beberapa upayanya antara lain fasilitasi desain produk, bantuan peralatan produksi bagi pelaku industri kecil dan menengah (IKM), serta pelatihan sumber daya manusia melalui Bamboo Academy.

“Kami mendukung penuh terhadap pengembangan ekosistem industri bambu nasional melalui inisiatif Bamboo Academy,” ujarnya.

Program ini diharapkan menjadi lokomotif pembangunan industri bambu yang terintegrasi dan berkelanjutan sehingga akan menopang pertumbuhan ekonomi nasional.

Namun demikian, Menperin juga menyampaikan, pembangunan industri bambu memiliki tantangan yang tidak ringan.

“Sama seperti membangun sektor industri lainnya, kita menghadapi persoalan terkait bahan baku, kualitas, dan standardisasi produk. Tapi tantangan ini harus kita hadapi bersama dengan inovasi dan produktivitas yang berkelanjutan,” ujar Agus.

Untuk itu, Kemenperin berkomitmen mengawal seluruh tahapan pengembangan industri bambu secara menyeluruh dan berkelanjutan. Sinergi dengan para pemangku kepentingan, mulai dari komunitas bambu, lembaga riset, hingga sektor industri, menjadi kunci dalam mewujudkan ekosistem industri bambu yang tangguh dan berdaya saing global.

Terlebih lagi, Indonesia memiliki potensi sumber daya bambu yang sangat besar dan tersebar di berbagai daerah. Namun, pemanfaatannya perlu lebih dioptimalkan agar komoditas bambu ini bisa menjadi produk yang bernilai tambah tinggi.

Indonesia merupakan salah satu negara dengan keanekaragaman jenis bambu terbanyak di dunia. Terdapat 162 jenis bambu di Indonesia, yang 124 di antaranya merupakan spesies asli Indonesia.

Menperin juga mengemukakan, dari sisi kawasan, Indonesia menduduki peringkat keenam dunia dalam hal luasan hutan bambu, yaitu mencapai 1,85 juta hektare. Ini merupakan kekuatan ekosistem yang sangat luar biasa, dan merupakan aset ekologis dan ekonomi yang tidak boleh kita abaikan.

“Untuk itulah, penting bagi saya untuk melakukan kunjungan di Kabuyutan Bambu Muara Beres ini, sebagai bagian dari upaya pemerintah membangun sinergi dengan seluruh pemangku kepentingan yang memiliki misi dalam pembangunan industri bambu nasional,” katanya lagi.

Di samping itu, Kemenperin juga mendukung penuh peran dari Bamboo Academy sebagai motor penggerak lahirnya SDM unggul dan inovatif dalam industri bambu nasional. Program ini mencakup pelatihan teknis, penguatan rantai pasok, dan pengembangan produk bernilai tinggi agar industri bambu mampu bersaing secara global.

Direktur Jenderal Industri Agro Putu Juli Ardika menjelaskan, Kemenperin juga melakukan kurasi dan fasilitasi mitra dampingan bagi calon peserta Bamboo Academy yang tersebar di sektor hulu, antara, dan hilir.

Program Bamboo Academy menargetkan pelatihan diikuti sebanyak 250 orang dalam waktu lima tahun. Para peserta tersebut berasal dari Banten, Jawa Barat, Yogyakarta, Bali, dan Nusa Tenggara Timur.

Adapun pelaksanaannya melalui program Master Bambu, dengan tujuan menghasilkan lulusan master hulu, antara dan hilir. Master bambu juga mampu melatih mitra bambu lainnya (Training of Trainer - ToT) sebanyak 50 orang. Lulusan Master Bambu akan dapat menjadi profesi Farmers Service Team dan Youth Program Entrepreneur. Selanjutnya, terdapat program Inkubasi Industri Berbasis Bambu. Para lulusan akan menghasilkan berbagai produk berbasis bambu sesuai kebutuhan perusahaan.

“Untuk memperkuat ekosistem ini, Kemenperin juga mendukung pembentukan Pusat Logistik Industri Bambu yang berlokasi di wilayah sumber bahan baku. Pusat logistik ini akan menjadi simpul distribusi bahan baku dan produk setengah jadi yang siap digunakan industri hilir,” ujar Putu.

Melalui pendekatan ekosistem hulu-hilir yang solid, serta didukung pelatihan dan logistik terintegrasi, industri bambu Indonesia akan mampu tumbuh sebagai kekuatan ekonomi baru yang ramah lingkungan dan berdaya saing global.

Baca juga: Wamenperin: Investor Eropa minat kembangkan industri bambu petung RI

Baca juga: Bambu, si serbaguna untuk masa depan industri berkelanjutan

Baca juga: Ekonomi bambu sebagai solusi mitigasi dan adaptasi yang cerdas iklim

Pewarta: Ahmad Muzdaffar Fauzan
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |