Jakarta (ANTARA) - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyatakan menjajaki lima negara mayoritas berpenduduk beragama islam yakni Iran, Turki, Arab Saudi, Pakistan dan Mesir untuk dijadikan negara tujuan ekspor industri fesyen muslim yang potensial.
"Dengan adanya peluang pasar dan perkembangan industri fesyen muslim saat ini, kita harus optimistis untuk memaksimalkan penguasaan pasar domestik maupun meningkatkan daya saing kita di pasar global. Kita bisa jajaki negara dengan konsumsi fesyen muslim terbesar seperti Iran, Turki, Arab Saudi, Pakistan dan Mesir sebagai negara tujuan ekspor yang potensial,” kata Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Reni Yanita di Jakarta, Selasa.
Dikatakan dia, peluang perkembangan sektor industri pakaian muslim diperkirakan tumbuh pesat beberapa tahun ke depan, serta sejalan dengan berkembangnya pasar ekonomi Islam di dunia.
Merujuk laporan State of Global Islamic Economy 2023-2024 yang dirilis oleh Lembaga DinarStandard menyebutkan bahwa pengeluaran konsumen muslim terhadap enam sektor komoditas dapat menembus 3,1 triliun dolar AS pada tahun 2027.
Nilai belanja tersebut tumbuh 4,8 persen dalam kurun waktu lima tahun, jika dibandingkan dengan tahun 2022 yang hanya mencapai 2,29 triliun dolar AS.
"Adapun enam komoditas sektor ekonomi Islam yang diperkirakan tumbuh pesat tersebut, yaitu makanan, fesyen, media dan rekreasi, travel, farmasi, serta kosmetik,” kata Reni.
Menurut Reni, sektor fesyen muslim menempati posisi kedua tertinggi dengan prediksi konsumsi pada tahun 2027 mencapai 428 miliar dolar AS.
Adapun proyeksi konsumsi barang/jasa halal di Indonesia pada tahun 2025, diperkirakan mencapai 330,5 miliar dolar AS. Sementara untuk produk pakaian jadi menduduki posisi tertinggi kedua yang dikonsumsi di pasar syariah Indonesia.
Oleh karena itu, guna memperkuat kemampuan industri fesyen muslim dalam negeri, Reni mengajak seluruh pelaku usaha sektor tersebut untuk mengembangkan produk yang dihasilkan, serta mendorong agar dapat menjalin kerja sama dengan industri pakaian jadi domestik.
“Mengingat tenaga kerja industri pakaian jadi mencapai 2,7 juta pekerja dengan jumlah 569 ribu industri, yang menurut data Profil Industri Mikro dan Kecil 2022 dan Statistik Industri Manufaktur Indonesia tahun 2022, hal ini akan mendukung industri modest fesyen lokal menjadi tuan di rumah sendiri,” kata Reni.
Pewarta: Ahmad Muzdaffar Fauzan
Editor: Zaenal Abidin
Copyright © ANTARA 2025