Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) memaparkan telah menyalurkan dukungan tanggap darurat senilai Rp124,3 miliar yang terbagi dalam tiga program utama.
Ketiga program strategis tersebut antara lain Program Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) sebesar Rp46,5 miliar, Penggalangan Dana Kemanusiaan sebesar Rp6,8 miliar, serta bantuan biaya hidup bagi mahasiswa dan dosen terdampak sebesar Rp71 miliar.
"Pelaksanaan program tanggap darurat bencana dirancang agar bisa berjalan sesegera mungkin, namun tetap menjaga akuntabilitas," kata Direktur Jenderal Riset dan Pengembangan (Dirjen Risbang) Kemdiktisaintek Fauzan Adziman melalui keterangan di Jakarta, Selasa.
Fauzan memaparkan Program Pengabdian kepada Masyarakat adalah penugasan 28 perguruan tinggi posko di wilayah terdampak dan 10 perguruan tinggi pendukung di luar Sumatera, dengan fokus pada asesmen kebutuhan, layanan kesehatan, pemulihan lingkungan, sanitasi, psikososial, logistik, serta penyediaan air bersih.
Baca juga: Kemdiktisaintek dan kampus konsolidasi bantu pulihkan bencana Sumbar
Sementara Program Penggalangan Dana Kemanusiaan melibatkan seluruh jajaran pegawai, Perguruan Tinggi Negeri (PTN), Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti), Perguruan Tinggi Swasta (PTS), dan unit kerja di bawah Kemdiktisaintek.
Donasi terkumpul melalui rekening resmi Diktisaintek Peduli, sesuai arahan Sekretaris Jenderal melalui surat nomor 3224/DST/A/AK.00.07/2025.
Adapun Program Bantuan Biaya Hidup Bagi Mahasiswa dan Dosen Terdampak menjangkau 15.833 mahasiswa penerima Program Indonesia Pintar (PIP), 3.100 mahasiswa ADik, dan 554 dosen terdampak. Nominal bantuan mahasiswa sebesar Rp1.250.000 per bulan (tiga bulan). Bantuan dosen sebesar Rp4.500.000 per bulan (dua bulan).
Fauzan menekankan peninjauan ke lokasi bencana menjadi penting untuk memastikan situasi dan kondisi agar dapat direspon dengan baik untuk program tahap selanjutnya.
"Informasi yang dikumpulkan secara berkelanjutan dari kampus posko sangat membantu pelaksanaan program tanggap bencana agar lebih efisien dan tepat sasaran," ujar Fauzan Adziman.
Baca juga: Kemdiktisaintek bebaskan UKT 1–2 semester mahasiswa korban bencana
Hingga kini asesmen yang dilakukan oleh sejumlah perguruan tinggi memetakan sejumlah kebutuhan mendesak, yang meliputi perahu karet, genset dan bahan bakar, akses ke sejumlah wilayah yang masih terisolasi, penanganan lumpur tebal di sejumlah titik, obat-obatan dan alat kesehatan, alat penyaring air, hingga sarana sanitasi darurat.
Kemdiktisaintek terus melakukan koordinasi intensif setiap hari dengan LLDikti, kampus posko, dan kampus pendukung guna memastikan respons cepat, tepat sasaran, dan berkelanjutan.
Selain pendataan tanggap darurat, Kemdiktisaintek juga melakukan pendataan terstruktur terhadap kerusakan sarana pendidikan tinggi, termasuk fasilitas pembelajaran, laboratorium, gedung rusak berat, peralatan komputer, infrastruktur listrik dan jaringan internet, serta akses jalan yang terputus.
Pendataan ini menjadi dasar program pemulihan dan revitalisasi perguruan tinggi terdampak secara bertahap setelah masa darurat.
Baca juga: Kemdiktisaintek: 28 kampus jadi posko penanganan bencana Sumatera
Baca juga: Kemendiktisaintek siapkan Rp75,9 miliar bantu mahasiswa korban bencana
Pewarta: Sean Filo Muhamad
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































