Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) memacu pembangunan dan perkembangan daerah melalui Program Kolaborasi Sosial Membangun Masyarakat (Kosabangsa).
Program Kosabangsa melibatkan 75 perguruan tinggi pelaksana dan 46 perguruan tinggi pendamping, yang bekerja dalam ekosistem kolaboratif untuk menjawab tantangan bangsa, mulai dari stunting, kemiskinan ekstrem, hingga penguatan ekonomi lokal di wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T).
Baca juga: Wamendiktisaintek ingatkan kampus jadilah penggerak ekonomi nasional
"Implementasi Kosabangsa adalah bagaimana kampus membawa ilmu pengetahuan dan teknologi ke masyarakat untuk menjawab masalah hari ini serta membangun solusi yang berkelanjutan. Harapannya, masyarakat merasakan langsung manfaat yang konkret," kata Direktur Jenderal Riset dan Pengembangan (Dirjen Risbang) Kemdiktisaintek Fauzan Adziman melalui keterangan di Jakarta, Jumat.
Fauzan menegaskan bahwa Kosabangsa adalah gerakan sosial berbasis inovasi.
Salah satunya, jelas dia, telah diterapkan di Nusa Tenggara Timur (NTT), dimana konsorsium yang terdiri atas kolaborasi perguruan tinggi lintas wilayah, bekerja sama dengan Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) dan pemerintah daerah dalam program terpadu penanggulangan stunting.
"Inisiatif ini tidak hanya berbicara soal kesehatan, tetapi juga menyentuh aspek pangan, budaya, hingga lingkungan, sehingga solusi yang dihasilkan lebih terintegrasi," ujar Fauzan Adziman.
Sementara itu, Direktur Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, I Ketut Adnyana menambahkan bahwa keberhasilan Kosabangsa ada pada kolaborasi lintas sektor.
"Harapannya, pendekatan seperti ini dapat diterapkan di LLDikti lain bersama pemerintah daerah masing-masing untuk memetakan potensi kerja sama. Kuncinya adalah merumuskan problem statement yang jelas, sehingga program benar-benar menjawab kebutuhan riil masyarakat dan selaras dengan prioritas nasional," tambahnya.
Baca juga: Mendiktisaintek: Kampus harus bisa menjadi lokomotif perubahan
Baca juga: Mendiktisaintek: Penguasaan sains dan teknologi kunci Indonesia maju
Ketut menjelaskan program ini telah mencakup sekitar 77 persen wilayah Indonesia, dengan melibatkan 24 provinsi dengan berbagai model kerja sama yang disesuaikan dengan kebutuhan lokal.
Program Kosabangsa tahun ini juga menyasar pengembangan ekonomi kreatif, energi terbarukan, ekonomi biru, hingga swasembada pangan.
Dari Aceh hingga Papua, mahasiswa dan dosen akan mendampingi masyarakat mengembangkan potensi lokal, sehingga terbentuk kemandirian ekonomi berbasis inovasi.
Kosabangsa 2025 menjadi bukti bahwa sains dan teknologi tidak berhenti di ruang akademik, tetapi tumbuh menjadi gerakan pembangunan inklusif.
Pewarta: Sean Filo Muhamad
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.