Berlin (ANTARA) - Seiring meningkatnya kekhawatiran di seluruh Eropa terkait kemungkinan dibentuknya kesepakatan sepihak, AS terus meremehkan pentingnya KTT tersebut.
Sekretaris Pers Gedung Putih Karoline Leavitt menyebut KTT itu sebagai "ajang latihan mendengarkan," di mana Trump akan memperoleh "pemahaman yang lebih baik" tentang situasi.
Neil Melvin, direktur Keamanan Internasional di wadah pemikir Royal United Services Institute, menuturkan bahwa para pemimpin Eropa telah "terpinggirkan" menjelang pertemuan Alaska.
"Para pemimpin Eropa dapat menyampaikan gagasan mereka kepada Trump, dan AS akan memberi penjelasan kepada mereka mengenai hasil KTT, tetapi Eropa berada dalam posisi di mana hasil konflik Ukraina sedang dinegosiasikan tanpa keterlibatan langsung dari mereka, dan jajaran pemimpin benua tersebut pada dasarnya hanya menjadi pengamat," paparnya.
Sekutu-sekutu Ukraina di Eropa harus menunggu dan melihat hasil yang akan muncul dari pertemuan di Alaska.
Tampaknya ada banyak pekerjaan di balik layar yang sedang berlangsung di Atlantik dan Eropa untuk memberikan masukan dalam pembicaraan Trump dengan Putin, kata Stefan Wolff, ilmuwan politik dengan spesialisasi di bidang keamanan internasional di Universitas Birmingham.
Ada dua kesepakatan yang kemungkinan akan dibuat oleh Trump, yaitu kesepakatan dengan Putin mengenai gencatan senjata di Ukraina atau kesepakatan untuk mengatur ulang hubungan antara Rusia dan AS, kata Wolff. "Menurut saya, dia tertarik pada keduanya, tetapi tidak memandangnya sebagai hal yang saling bertentangan atau saling menyukseskan.
Secara keseluruhan, ekspektasi Eropa terhadap terobosan konkret relatif rendah.
Menteri Luar Negeri Swedia Maria Malmer Stenergard pada Selasa (12/8) malam waktu setempat mengatakan dirinya "tidak terlalu optimistis" soal pertemuan Alaska.
"Sangatlah krusial bahwa kepentingan Eropa juga diperhitungkan dalam pertemuan Trump-Putin," ujarnya.
Jika tidak ada pergerakan dari pihak Rusia di Alaska, "maka AS dan Eropa harus dan wajib menambah tekanan," kata Merz dalam konferensi pers pada Rabu.
Penerjemah: Xinhua
Editor: Azis Kurmala
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































