Jakarta (ANTARA) - Laksamana Cheng Ho, namanya tenar khususnya di kalangan pecinta sejarah Asia. Penjelajah sekaligus diplomat pada masa Dinasti Ming, China itu dikenal antara lain karena ekspedisi menjangkau Asia Tenggara, Asia Selatan, Asia Barat hingga pesisir timur Afrika.
Indonesia, khususnya Semarang termasuk menjadi saksi kunjungan sang penjelajah yang meninggalkan kisah kerja sama di masa lalu dan terus bergaung hingga kini.
Perjalanan di masa lalu itu kemudian digambarkan melalui sebuah pameran bertajuk "Miles Apart, Close at Heart: Jauh di Mata, Dekat di Hati" yang diadakan di Museum Seni Rupa dan Keramik, Jakarta Barat.
Berbagai artefak terkait Laksamana Cheng Ho, seperti diagram kapal harta karun, peta navigasi langit, peta maritim, cetakan batu Prasasti Kekaisaran Ming, serta koleksi porselen dan tembikar diperlihatkan di sana.
Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, Mochamad Miftahulloh Tamary menyampaikan, terdapat sekitar 50 koleksi unggulan dari China dan Indonesia dipamerkan di sana.
Bagian awal pameran itu memuat kisah skala, ambisi, dan jalur pelayaran Cheng Ho.Sebuah ilustrasi dari Peta Panduan Ketinggian Bintang Penyeberangan Laut pun dihadirkan, menggambarkan metode navigasi astronomi yang digunakan Cheng Ho dalam pelayarannya.
Ada juga informasi terkait “Baocuan” yang berarti kapal pengangkut harta yang digunakan sang penjelajah. Kapal ini menjadi inti dan kapal utama armada, membawa hadiah kekaisaran, upeti dari negara lain, dan barang-barang langka hasil perdagangan luar negeri. Kapal harta terbesar diketahui bisa mencapai panjang hingga 126 meter dan lebar sekitar 51 meter.
Setelah mengenal alat dan kapal, pengunjung diajak mengenal sejauh mana armada Cheng Ho berjalar melalui peta rute pelayaran dari tujuh ekspedisi Cheng Ho ke Lautan Barat. Ekspedisi ketujuh adalah yang paling luas, melintasi Asia Tenggara, Asia Selatan, Asia Barat, dan bahkan sampai ke pesisir timur Afrika.

Bagian selanjutnya, yakni rute pelayaran dan fakta sejarah. Di sini, pengunjung dapat melihat peta topografi yang menunjukkan titik awal pelayaran Cheng Ho.
Catatan pelayaran ini juga diabadikan melalui serangkaian tulisan atau gambar dari prasasti yang disalin di atas kertas sesuai ukuran batu aslinya atau rubbing batu prasasti. Salah satu yang terbesar berukuran 2,5-3 meter yakni rubbing prasasti Kekaisaran Dinasti Ming untuk Kuil Dewi Laut Mazu, merupakan prasasti terbesar yang masih ada di China untuk mengenang pelayaran Cheng Ho.
Setelah ekspedisi pertamanya, Kaisar memberikan gelar khusus kepada Dewi Laut Mazu sebagai pelindung dan memerintahkan pembangunan kuil. Setelah pelayaran keempat, Cheng Ho mengajukan pendirian prasasti ini di kuil sebagai penghormatan kepada Kaisar Taizu dan perlindungan ilahi Dewi Laut.
Catatan sejarah pelayatan Cheng Ho juga ditulis dalam buku-buku kuno. Yang paling terkenal adalah "Keajaiban Alam Laut" karya Ma Huan, penerjemah yang ikut bersama Cheng Ho dalam ekspedisi ke Lautan Barat. Buku ini menjadi dokumen berharga yang merinci kebiasaan dan pemandangan lebih dari dua puluh negara yang dikunjungi Ma secara langsung bersama Cheng Ho.
Sebagai penutup bagian ini, terdapat sebuah koleksi untuk memperingati 600 tahun pelayaran Cheng Ho, Biro Pos China menerbitkan tiga set perangko dan sebuah lembaran suvenir.
Desainnya menampilkan potret Cheng Ho, adegan persahabatan dengan negara tetangga, ilustrasi navigasi ilmiah, serta gambar tema yang merayakan warisan pelayaran ini.
Beralih pada sudut lain pameran, terdapat koleksi keramik Dinasti Tang, kemudian porselen biru-putih yang dibuat di kilang Jingdezhen pada masa Wanli, Dinasti Ming.
Porselen motif biru-putih dengan pengaruh Islam mencerminkan budaya yang dibawa pulang Cheng Ho dan diterima luas oleh perajin China. Ini menjadi bukti nyata pelayaran tersebut meninggalkan jejak mendalam dalam seni lintas zaman.
Di sisi lain, pengunjung disuguhkan patung-patung dari masa Kerajaan Majapahit, yang menjalin hubungan diplomatik dengan Dinasti Ming.
Pameran juga menggambarkan hubungan China dan Indonesia yang terjalin hingga saat ini, melanjutkan warisan Cheng Ho. Indonesia adalah salah satu mitra pengiriman dan perdagangan utama China di ASEAN.
Baca juga: Pengelola Museum Bahari peringati Tahun Baru Islam di Rumah Si Pitung
Baca juga: Menengok peragaan busana "Swarna Biru" di Museum Nasional Jakarta
Baca juga: Pameran jaring ikan bekas di Jakarta suarakan kepedulian kondisi laut
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.