Jakarta (ANTARA) - Pernahkah melihat seseorang yang kehidupannya penuh kemaksiatan dan jauh dari Allah, namun tetap memperoleh kelancaran dalam segala urusan, harta melimpah, karier cemerlang, dan kemudahan dalam mencapai keinginan? Fenomena ini dalam Islam dikenal sebagai istidraj, yakni pemberian kenikmatan duniawi yang justru menjadi jalan menuju kehancuran bagi hamba yang lalai.
Dalam Al-Qur’an, Allah SWT mengingatkan:
وَالَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا سَنَسْتَدْرِجُهُمْ مِّنْ حَيْثُ لَا يَعْلَمُونَ، وَأُمْلِي لَهُمْۗ إِنَّ كَيْدِي مَتِينٌ
Artinya: “Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, akan Kami biarkan mereka berangsur-angsur (ke arah kebinasaan) dengan cara yang tidak mereka ketahui. Dan Aku akan memberikan tenggang waktu kepada mereka. Sungguh, rencana-Ku sangat teguh” (QS. Al-A’raf [7]: 182–183).
Istidraj bukanlah tanda kemuliaan, melainkan hukuman terselubung. Orang yang terjebak di dalamnya merasa bahwa kenikmatan yang diterima adalah bentuk kasih sayang Allah, padahal sejatinya itu adalah ujian yang mengikis iman. Rasulullah SAW bersabda:
Baca juga: 7 Syarat sahnya mengumandangkan adzan yang wajib diketahui bagi Muslim
“Jika kamu melihat Allah memberikan kemewahan dunia kepada hamba-Nya yang suka melanggar perintah-Nya, maka itulah yang disebut istidraj.” (HR. Ahmad)
Menurut ulama tafsir Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, istidraj adalah pemanjaan yang membuat manusia semakin terjerumus dalam kehinaan. Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar menegaskan, istidraj berarti dikeluarkan dari jalan kebenaran secara perlahan tanpa disadari, hingga akhirnya azab datang secara tiba-tiba.
Contoh istidraj telah terjadi dalam sejarah. Fir’aun diberi kekuasaan, namun tetap sombong hingga akhirnya ditenggelamkan bersama pasukannya. Qarun, yang awalnya miskin lalu kaya raya, tenggelam bersama harta-hartanya karena kesombongan dan kelalaiannya.
Al-Qur’an memperingatkan:
وَلَا يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّمَا نُمْلِي لَهُمْ خَيْرٌ لِأَنْفُسِهِمْ إِنَّمَا نُمْلِي لَهُمْ لِيَزْدَادُوا إِثْمًا وَلَهُمْ عَذَابٌ مُهِينٌ
Artinya: “Dan janganlah orang-orang kafir menyangka bahwa pemberian tangguh Kami kepada mereka adalah lebih baik bagi mereka. Sesungguhnya Kami memberi tangguh kepada mereka hanyalah supaya bertambah-tambah dosa mereka; dan bagi mereka azab yang menghinakan” (QS. Ali Imran: 178).
Baca juga: Minum alkohol tapi tidak sampai mabuk, haram atau tidak?
Ciri-ciri istidraj antara lain
- Nikmat dunia bertambah sementara iman menurun
- Hidup dimudahkan meski bermaksiat
- Rezeki meningkat walau lalai ibadah
- Kekayaan bertambah namun semakin kikir
- Jarang sakit tetapi bersikap sombong.
Syekh Ibnu Athaillah as-Sakandari mengingatkan: “Takutlah pada perlakuan baik Allah kepadamu di tengah durhakamu yang terus-menerus terhadap-Nya. Karena itu bisa jadi sebuah istidraj.”
Untuk terhindar dari istidraj, umat Islam dianjurkan memperkuat keimanan, memperbanyak ibadah dan dzikir, menjauhi maksiat, bersedekah, serta selalu bersyukur. Kesadaran akan hakikat nikmat dan ujian adalah kunci agar tidak terperdaya oleh kesenangan dunia yang menjerumuskan.
Baca juga: Apa itu istidraj? Penjelasan dan tanda-tandanya dalam Islam
Pewarta: Raihan Fadilah
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.